KESEPIAN
Tatapannya sayu, membisu setiap senja di alun-alun kota. Menunggu seseorang yang disebutnya kekasih, kembali. Hujan masih menyajikan tangis kala riuhnya, memanggil kenangan. Tetesnya mampu membasahi tembok hati; merubuhkannya. Mendekap bayang, ditemani kepingan masa lalu yang terus merayu. Merindukan orang yang tenggelam dalam mimpinya sendiri.
Gemuruh tawa kita, masih kusimpan dalam angan, s'lalu muncul ketika hening mengunci jiwa; semburkan luka. Hanya tetesan gerimis yang tersisa hari ini, bersama tangisan bangku taman yang merindukan celoteh kita, Dik.
Sinar harapan menembus tebalnya hati yang menggigil; membeku oleh sifatmu., bersama secercah harap pagi ini, angan membawaku terbang melewati impian yang hilang tadi malam, hanyut bersama tangisan awan
Namun, ketika harapan ditiup penghianatan, memaksa cinta berevolusi jadi benci, Duka menyulut sumbu tipis kesabaran, sebentar lagi jika cinta kita abaikan, bersiaplah tangiskan meledak; menghentak.
Aku tau, kisah kita tlah usai. Namun, ceritanya akan slalu abadi memayungi keindahan yang takkan pernah tersentuh kembali Tiada guna memaki waktu yang tak pernah mendengar, biarkan kebekuan menjadi akhir kisah kita, Dik.
Do'a yang terucap, meminta hati yang menetap. Senyap, dalam dunia yang terlelap, gelap. Aku hanya cemburu pada senja yang bersanding dengan bias cantik pelangi. Kapan Dik kau menemaniku bertemu mereka (lagi)?
Kuendapkan kesadaran dari mimpi semalam, lalu merenung di antara cahaya pagi. Terpikir, impian bersamamu pudar, dalam hatiku.
Bandung Barat, 2016
@ArdianHandoko