Wednesday 24 April 2019

Review Film; Us 2019

Teror dan Bayangan

 

   Opening film ini dibuka dengan sudut pandang seorang anak perempuan yang dibawa ke sebuah taman bermain. Namun, ia tersesat di sebuah ruangan yang dipenuhi pleh kelinci. Ada apa sebenarnya?

   Lalu di masa kini, Adelaide dan Gabe menganjak kedua anaknya untuk berlibur ke pantai. Di sana mereka bertemu dengan Tyler dan istrinya. Adelaide terlihat gelisah, meski entah karena apa. Pikirannya? Atau masa lalu?

   Liburan yang disangka mereka akan menyenangkan, berubah menjadi teror yang menakutkan ketika semua kota dihantui oleh sekelompok orang yang mirip diri mereka sendiri. Survival mode! Ketahanan bertahan hidup mereka di uji.

   Film ini secara khusus memainkan rasa penasaran dan ketakutan kita sebagai penonton. Pikiran kita digiring dengan potongan-potongan cerita yang memaksa kita menyimpulkan sendiri apa yang sedang terjadi.

   Di satu sisi, film Us ini patut diapresiasi pada permainan psikologi, dan gaya penceritaannya. Namun, bagi sebagian orang, jalur cerita seperti ini agak sulit mereka pahami, sehingga mereka harus menerka-nerka isi cerita. Di sisi lain, Author sedikit kecewa dengan level ketakutan film ini. Dari beberapa review yang author baca, film ini mendapatkan level ketakutan yang cukup tinggi, tetapi bagi author pribadi, film ini masih di bawah SAW atau Macabre. Intinya sih, ekspektasi yang tidak sesuai dengan realita.

  Catatan kecil bagi kalian yang akan atau ingin menonton film ini. Di akhir cerita, kalian akan mengetahui siapa sang tokoh dan bagaimana bisa dia memiliki rasa ketakutan di film ini.







Bandung Barat, 21/04/2019
 

Friday 19 April 2019

Cerpen; Sebuah Keputusan

  Sebuah Keputusan


    Ini sudah gelas ke empat, dan kita masih belum bisa menyelesaikan pembicaraan yang sebenarnya sangat sederhana. Kita masih sama-sama memeluk keegoisan dengan erat.  Waktu terasa membeku, dan cafe ini menjadi sangat dingin.

    "Tenang saja, Di. Lelaki akan lebih mudah melupakan, karena logika yang dia pakai, bukan perasaan. Jadi, kau bisa bernapas sedikit lega seharusnya." Gadis di depanku tersenyum. Aku sudah lama mengenal sosoknya yang bisa menyimpan apa saja di balik tawa.

   "Justru karena itu, Nay, lelaki akan lebih sulit melepaskan. Ada banyak perhitungan tentang perasaan yang jujur mereka sendiri gak ngerti. Kamu tahu, Nay? Ini semua menjadi semakin rumit dimengerti."

   "Langsung ke intinya, kita udah terlalu lama diskusi tanpa titik akhir. Kita sama-sama melepas. Kita bebasin semua janji yang dulu terucap. Oke?"

    "Oke, jika itu sudah mutlak keputusannya. Kita menginginkan akhir yang bahagia bukan?"

    "Baiklah, itu keputusannya."

    Seandainya kami tidak terlalu banyak berdebat, dan memilih berpelukan. Mungkin, segalanya bisa saja lebih mudah, hubungan ini dapat kupastikan bertahan. Namun, kami berdua terlalu menyikapi ini penuh emosional. Kami sudah tidak saling memahami.

   Kelak filosopi kenangan bisa saja membangkitkan pikiran-pikiran ini lagi. Rasa lemon tea, kopi pahit, serta senja yang merenung. Kita saling membebaskan. Kita tak ingin terjerat lebih lama dengan rasa sakit. Belajar memahami apa yang terjadi, dan kembali menjadi diri sendiri.

   Kami bersiap menerima semuanya dari awal. Aku tahu, ini semua terjadi bukan karena kami sudah tak memiliki hati, atau perasaan itu sudah benar-benar musnah. Cinta itu masih terasa berharga, hanya saja kami memang sudah memilih untuk tidak bersama.

   "Baiknya, ini bukan perbincangan kita yang terakhir bukan?" Aku berusaha menggenggam tangannya. Ingin rasanya menangis, tapi kupikir cafe bukan tempat yang cocok melakukan hal itu.

   "Semoga saja. Namun, jangan terlalu berharap. Aku akan pergi berpetualang ke luar negeri. Bermain-main dengan sakura, mungkin, atau meneriakan namamu di atas gunung."

   "Apa? Secepat itu kau akan pergi?"

   "Kupikir harusnya kamu mengerti. Aku menjauh untuk berusaha melupakanmu. Aku berusaha membebaskan kamu juga. Membiasakan diri tanpamu. Harusnya kamu tahu, kamu pernah lebih dari segalanya bagiku."

   "Maaf, aku hanya tak bermak ...."

   "Aku harus pergi. Selamat malam."

   Malam tak mengucapkan selamat pada kami berdua. Dia sepertinya kecewa pada keputusan kami, keputusan yang membuat malam menjadi sangat dingin, hingga hari ini.



Sumber; Screenshot anime






 Bandung Barat 07-08-2018

Friday 5 April 2019

Review Anime: Kimi No Souzu Wo Tobetai

Bunga Sakura dan Musim Semi

   "Ijinkan aku memakan pankreasmu."

   Itu adalah pesan terakhir yang Shiga Haruki kirim pada Yamauchi Sakura. Sebagai opening yang memantik rasa penasaran Author pada film ini. Jujur saja, alur film ini sangat bisa dinikmati, mulai dari  opening hingga ending.

   Yamauchi Sakura adalah seorang gadis manis yang periang. Memiliki banyak teman dekat yang sangat peduli padanya. Namun, tanpa orang-orang yang terdekatnya itu ketahui, bahwa ia mempunyai sebuah penyakit yang membuat hidupnya divonis oleh dokter tak akan lami lagi. 

   Berbeda dengan sang gadis, Shiga Haruki adalah sosok yang penakut dan tertutup. Lelaki itu hanya memikirkan satu sudut pandang saja dan tak peduli tentang sudut pandang orang lain di sekitarnya. Baginya, dia sendiri adalah sosok yang membosankan dan tak akan pernah diterima oleh lingkungan seperti apa pun. Haruki lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan sebagai anggota pustakawan.

   Mereka adalah sosok yang berkebalikan, dan memiliki dunia yang sangat berbeda.

   Hingga pada suatu hari, Shiga Haruki menemukan sebuah buku, ketika berada di ruang tunggu sebuah rumah sakit. Setelah membaca beberapa halaman, dia dihampiri oleh pemiliknya, Yamauchi Sakura. 

   Menyadari rahasia terbesarnya terbongkar, gadis itu meminta pada si lelaki agar menutup rapat-rapat mulutnya. Tidak sampai di situ, dia juga pada akhirnya banyak menghabiskan waktu bersamanya.

   Apa mereka berdua akan bisa menghadapi masalah ini berdua? Dan juga bagaimana reaksi orang-orang terdekat dari Yamauchi Sakura tentang kedekatannya dengan sang lelaki? Jawabanya ya ada di anime ini hehe.

   POV yang digunakan di anime ini kebanyakan dipakai oleh si lelaki. Namun, penjelasan dari si gadis yang diletakkan di sepertiga akhir menjadi pelengkap yang serasi. Bergenre drama romantis, anime ini cocok ditonton oleh remaja hingga dewasa.



Bandung Barat, 22 Maret 2019