Sunday 2 September 2018

Prosais; Mengendapkan Lara

Ditinggalkan kala sendu, dan matamu masih menjadi tempat cinta bernaung, tinggal dan terlelap. Benar-benar menjadi gelandangan perasaan ini. Saat kau berkata, jangan lagi pulang, jangan lagi datang. Pergilah, hatiku bukan rumah yang menunggu kau kembali setelah lelah berpetualang.

Kemana hendaknya kereta pergi, jika bukan ke stasiun, Puisi? Bibirku yang pekat ini masih menggumamkan namamu.

Senja, hujan, dan wajahmu kerap mengisi ribuan kekosongan lembar-lembar kerinduan. Mereka tak lelah menunggu, meski sering kali permintaannya tak kugugu.

Kau bisa jadi isi doaku, atau kau memang jawabannya. Siapa tahu.

Ketika kau merasa terasing di antara tumpukan pekerjaan. Mungkin mengingatku bisa sedikit meringankan. Jangan biarkan hatimu menjadi sepi, sebab kelak, mungkin saja aku tak selamanya bisa menemani. Jangan menutup diri hingga aku tak bisa menepi.

Jangan pula merasa sendirian kala sendu, ada aku yang tak seberapa, semoga saja bisa meluangkan waktu, untukmu.

Aku tahu, aku hanya lilin kecil, tetapi berharap selalu menemanimu bahkan saat terpencil.

Kita berdua memang berbeda. Aku menjalin harapan, kamu memutusnya.

Bandung Barat 23/06/2018

Note; Sumber gambar terlampir