Friday 28 February 2020

Kumpulan Puisi; Setelah Hujan, Terkumpul berbagai Kenangan

Hujan di Bangku Taman

 

   Hujan sore masih tersisa
   genangan lahir dari jalan retak
   cahaya rembulan tergeletak
   di bawah kaki
   daun gugur berserak


   Dari ribuan ingatan
   semua tentangmu masih sama
   tak terkikis waktu, Puan

   Mengurai luka
   serupa ingatan hujan
   setiap tetesnya menyimpan
   bekas hangat pelukmu
   atau rangkaian kalimat
   menjadi amin paling hikmat

   Kita berdua
   doa-doa paling panjang
   di antara malam ke malam
   hingga pagi
   tak sesepi ini

Bandung Barat, 2019

 

Hujan di Taman Kota


   Aku diam, terpojok
   hujan datang menonjok
   menohok; ingatan-ingatan tentangmu
   yang tak ingin berlalu


   Di depanmu terdiam
   melihat tangismu terdiam
   melihatmu dengannya tetap diam
   tapi bukan diam yang ingin kulakukan

   Langit rusuh
   hujan yang riuh
   bahkan dunia gaduh
   aku mempertanyakan sikapku
   yang hanya diam, ketika kau tercabik
   yang hanya diam, saat kau bergerak menjauh
   aku ingin memberontak
   pada diriku sendiri

   Saat hujan jatuh
   kucoba rangkai hurup yang jatuh
   untuk putihkan hitam
   harimu, tentangku

   kini langit terus kelabu
   batu-batu tak berdebu.
   cinta yang hilang
   terbawa arus tenang
   dan aku di sini, setia mengenang
   sebagai pajangan taman
   yang menolak menjadi patung penghormatan


Bandung Barat, 06/05/2017

Thursday 27 February 2020

Kumpulan Puisi; Pertanyaan Pernyataan


  

 Sebuah Perenungan



       Malam larut dalam air
       mataku. Sejuta kenangan
       bersinar dalam gelas-gelas
       aku asyik mencari wajah-
       wajah yang kukenal
       setetes sepi dan keheningan
       membuat perasaan itu
       semakin terlihat kentara --tak terkira
 
       Denting piano mengalun, mengundang
       awan-awan berkumpul. Dan gerimis
       membasahi setiap kesibukan kota ini

       Sepasang kekasih mencuri
       ciuman yang lama hilang
       yang lama terlepas dalam kenang.

       Payung ingin menutup diri
       mungkin malu, atau
       cemburu, dan detak jantung
       terlalu sulit untuk ditenangkan

       Kau adalah jantung
       kota yang berdetak, siap
       mengerjaiku dengan ribuan pertanyaan
       atau harapan
       atau sebuah kisah-kisah jauh
       yang tak pernah terbayangkan

       Di depan alun-alun,
       di depan halte, orang-orang yang berlalu
       lalang. Mengemas kepergian
       dan mendung di kota ini
       seolah sebuah igauan
       yang lahir dari mulutmu
       ketika kucumbu

       Aku kerap bertanya
       pada angin-angin genit
       yang memainkan rambutmu
       "Apakah ia di sana juga menunggu?"

Bandung Barat, 26/02/2020




Better





 Pertanyaan-Pertanyaan dalam Kepalamu



       "Senyummu kenapa menghilang?"
       tanyamu pada pagi
       mendung. Matahari enggan
       datang. Gerombolan awan
       duduk bersilang

       "Binar matamu ke mana?"
       Bintang berhenti
       berkedip. Matanya yang
       redup perlahan pekat.

       Perempuan cantik itu menyimpan
       pantat di atas
       rumput. Mengeja
       bahasa takdir. Gelap
       langit menumbuhkan banyak
       pernyataan. Kepalanya
       lahan subur pertanyaan.

       "Kemana hendak pulang bintang-
       bintang, jika malam bukan
       tempat yang ramah."
 
       Matahari menetukan tanggal
       bulan menyiapkan diri dan
       gerhana menghancurkan segalanya



Bandung Barat, 06/01/2020




Pagi di Bangku Taman

 


       Di bangku taman yang lusuh
       saat pagi masih mengumpulkan
       ingatan dan matahari adalah sepotong kue
       yang baru diangkat

       Aku ingin mencuri sebuah ciuman
       dari ranum bibir puisi, juga tubuh
       seorang perempuan di perempatan
       jalan, yang resah menunggu
       separuh napasnya kembali

Bandung Barat, 05/02/2020

Wednesday 26 February 2020

Ruang Pembaca; Untuk Seseorang yang Saya Cintai (2)





Tak ada yang sia-sia dalam hidup, dan saya percaya itu. Apalagi jika perihal mencintai, menerima, dan memahami. Subjektivitas kata serta kegunaannya tak berubah, hanya saja --di masa yang akan datang, objeknya yang berbeda. Bahagianya sama, kitanya yang sekarang berbeda.

Hidup adalah proses tanpa henti. Mengingat, mendengarkan, membicarakan, beradu pendapat, dan segala kata kerja lain yang sering kita gunakan. Saya percaya, setiap orang berevolusi meski kecepatannya berbeda-beda, dan menuju arah yang berbeda-beda pula.

Saya sangat ingin berbagi cerita di antara denting gelas-gelas kaca, tetapi jika sudah ditolak seperti ini, saya juga tinggal menerima. Setiap orang punya hak yang sama untuk membuat dirinya bahagia, dengan cara, atau orang yang diinginkannya. Jadi tak ada ilihan bagi saya selain menerimanya.

Perihal apa-apa yang pernah saya ceritakan, tentang masa depan salah satunya, maaf jika saya tak bisa memenuhi janji itu. Bukan tak ingin berusaha keras, hanya saja, saya mencoba memahami titik batas yang saya miliki. Saya tidak ingin mati tercabik-cabik saat saya ingin memetik sekuntum bunga. Saya harus menyadari kemampuan dan segala hal sederhana yang saya miliki. Itu pilihan terbaiknya, saya pikir.

Perihal bunga-bunga kata, perihal metafora yang menyentuh angkasa, atau menghitung hujan yang turun memang mengada-ngada. Tidak realistis sama sekali. Benar-benar pengkhayal, bukan? Tetapi inilah saya, Kekasih.

Perihal bahagia, saya yakin bukan hanya diturunkan untuk para penguasa atau pengusaha saja. Saya pikir, semua orang punya hak yang sama, dan versinya yang berbeda-beda. Maaf, jika ini menyinggung perasaanmu. Hanya saja, saya harus menegaskannya. Bahwa setiap orang berhak bahagia. Tak peduli kedudukkan atau hartanya.

Selain basa-basi yang yang pernah kita bicarakan, sebenarnya, tahun ini ingin menemui keluargamu. sekadar silaturahmi, memperkenalkan diri, dan memperjelas status kita yang --saya ingin, tak begini-begini saja. (Tak ingin mengobral janji perihal kawin, memang. Namun, ingin sesuatu kejelasan yang mungkin, melibatkan banyak orang di dalamnya, termasuk orang tua kita.)

Jika hitungannya hanya perihal nominal, saya akan kembali mengingat-ingat kemampuan tangan saya yang tak seberapa, pemikiran saya yang sering kali alpha, dan pengaturan emosi yang sering meledak sesukanya. Maka dari itu, maaf untuk semuanya, maaf untuk segalanya.

Romantisme bukan hanya perihal berlibur dan menyewa satu pulau berdua, atau makan malam dengan pemandangan malam Paris, atau siang-siang menikmati udara dingin inggris. Bagi saya, romantisme juga bisa dibangun dengan hal-hal sederhana, misalnya menikmati teh sore-sore setelah lelah bekerja seharian, sambil berbagi cerita hangat di teras depan. Atau berbagi setiap kesedihan, sembari merebahkan diri di tanah pegunungan sambil melihat rasi bintang yang berkilauan. Bagi saya, itu sudah cukup romantis. Sangat romantis malah.

Nyatanya, mimpi saya ini terlalu sederhana untuk kamu yang merencanakan segala hal luar biasa tentang cinta dan harta. Ah, saya tahu. Saya merentangkan tangan kepada angin, karena bukan saya yang kamu ingin.

Saya yang hanya lentera ini tak akan pernah bisa menjadi lampu acara. Seberapa kuat saya membakar diri, Kekasih.

Apa kita akan membiarkan saja kata-kata kembali pada tanah yang rata, Kekasih? Atau mulai kembali bertukar saran perihal bagaimana kabar kita di masa depan. Entahlah, kuharap keputusan yang diambil akan membahagiakan semuanya. Semoga.


 05/02/2020

Monday 24 February 2020

Ruang Pembaca; Kepada Seseorang, yang Saya Cintai

 Kepada Seseorang, yang Saya Cintai


Saya ingin menulis kembali banyak hal yang ingin tergapai, dan beberapa hal lain yang tak mungkin tercapai. Barangkali, hidup memang selucu ini, ketika keretakan berada di tengah jalanan dan roda kehidupan yang sedang kita jalankan sedang bergulir menuju naik. Namun, tertahan di sana.

Saya tertahan pada hal-hal sepele semacam kata-kata yang diluncurkannya, kan asu!

Hal-hal yang terkadang membuat saya ingin tertawa, meski tanpa rasa bahagia. Saya mengerti, satire paling baik adalah yang paling menusuk, dan saya bisa berdarah-darah karenanya.

Terima kasih telah menemani di berbagai situasi, dan beberapa keadaan terburuk, dalam banyak cerita sedih dan bahagia. Terima kasih untuk banyak hal yang pernah kita perjuangkan bersama, meski hari ini, berakhir sisa-sisa. Percayalah, kau akan selalu saya kenang sebagai orang baik.

Ketika memutuskan untuk menulis ini, saya beberapa kali berdiri dengan bingung, lalu duduk dan merenung. Saya bertanya lagi pada diri sendiri perihal.

 'Apa saya siap untuk mencapai salah satu resolusimu perihal kaya? Tentang harta dan segala hal yang dihitung sesuai nominal dan angka-angka. Bukan tentang perjuangan dan usaha melainkan, hasil yang jumawa dan tertera.'

Saya juga kadang bertanya, apa kamu siap menerima segala kesederhanaan yang saya miliki? Atau di waktu itu, kamu akan pergi? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sering datang sebagai tamu yang menyebalkan. Seandainya bisa, saya akan mengusirnya, agar keraguan-raguan untuk meminangmu itu sirna.

Mungkin, saya terlalu bodoh untuk mengerti, dan terlalu naif bahwa bahagia masih bisa direngkuh tanpa harta. Maaf untuk itu, dan segala omong kosong yang pernah kita bicarakan. Sejujurnya, saya hanya bisa mencintaimu dengan sederhana. Namun, jika suatu mimpi ingin saya gapai, saya akan mengejarnya sekuat tenaga.

Terima kasih telah menampar saya, dan mengingatkan saya kembali bahwa cinta yang saya miliki, mungkin tak lebih berharga dari mata uang terkecil, juga tak bisa mengenyangkan. Saya akan mengingat itu, dan terus menempelanya di jidat saya.

Untuk segala hal yang terpikir dan tak pernah terpikir. Untuk segala hal yang pernah kamu korbankan kepada saya. Terima kasih, terima kasih, terima kasih.

Saya terima, Kekasih.

04/02/2020

Friday 14 February 2020

Review; Mrs. Lowry and Son (2019)


Sailing Boats LS Lowry


Sailing Boats (1930)

; Hadiah dari masa lalu

kita menari di tepi
pantai, bersama-sama
di pasir, Lytham ST. Annes
semuanya ... semuanya diabadikan

kau dulu begitu menawan
dan ibu begitu diberkati
hidup awalnya menawarkan
begitu banyak janji

(kemurnian ibu dan anak)

suatu hari, mereka akan merobohkan
rumah ini dan tak ada
yang akan tahu kita pernah tinggal
di sini

seluruh keberadaan kita lenyap
begitu saja. Kau melihat itu, Ibu?
di sana, semuanya diabadikan dalam lukisan
selamanya


    Mrs. Lowry and Son adalah film drama biografi yang menceritakan seorang seniman Inggris bernama L.S. Lorry. Tentang kehidupan seorang anak yang ingin berbakti dan seorang ibu yang begitu keukeuh dengan pemikiran-pemikiran masa lalu yang masih membelenggunya.

    Perbedaan-perbedaan pandangan hidup di antara keduanya menjadi titik konflik yang membuka lebar-lebar telinga dan mata untuk mencoba berpikiran lebih jernih dan memahami. Film ini terkesan tertutup dan lambat, tetapi bagi beberapa orang yang merasakan konflik batin dalam film akan merasa bahwa gaya penceritaan yang tidak berlebihan itulah yang jadi point lebih dalam film ini.

    Sebelum ocehan Admin makin ke mana-mana, Admin kasih data tentang film ini dulu deh.


Tahun              :  2019
Negara            :  United Kingdom
Tanggal Rilis  :  June 30, 2019
Sutradara        :  Adrian Noble
Bahasa            :  English
Genre              :  Biography, Drama, History
Durasi             :  91 min / 1:31

   Kita sebagai penonton diajak menuju pemikiran-pemikiran tokoh dengan ikut merasakan, melihat, dan mendengarkan. Lattar yang dibuat juga seperti lukisan-lukisan bergaya lawas. Penonton diajak menyelami kehidupan tokoh dan beberapa keanehan yang dimilikinya.

  Percakapan antara dua tokoh utama juga dibangun dengan baik. Selain sangat simple dan natural, kita juga bisa menemukan penafsiran-penafsiran yang lain di antara percakapan mereka. Salah satu contohnya adalah ini ...

 
"Masih hujan."
"Masih hujan?"
"Rintik-rintik"
"Rintik-rintik"
"Rintik-rintik"
"Air mata Tuhan"
"Air mata Tuhan"
"Aku menginginkanmu bahagis, Bu. Suatu hari nanti"
"Benarkah?"
"Ya."
"Mari jangan sentimentil, Laurie."

   Untuk beberapa orang, mungkin dialog ini terkesan aneh dan nyeleneh,  tetapi bagi Admin sendiri, ada beberapa penafsiran yang keluar begitu saja. Ada narasi tak langsung yang tumbuh di kepala Admin, yang menjadikan film ini berbeda.

  Monolog Sang tokoh juga, memberikan penggambaran yang jelas, tentang cara hidup dan pemikiran yang mendasarinya. Admin pribadi menonton beberapa kali dan merasakan, ada kedalaman cerita yang perlu digali untuk memahami konsep cerita yang sekilas, mungkin terlihat biasa saja, kaku, dan berjalan sangat lambat.

   Ini salah satu monolog ceritanya

 
Aku melukis apa yang aku lihat
aku melukis bagaimana perasaaanku
aku orang yang melukis
tidak lebih, tidak kurang

Aku orang yang melukis
tidak lebih, tidak kurang
aku melukis untuk mengisi waktu
aku melukis untuk semacam aktivitas
aku tidak cocok untuk yang lainnya

setiap malam, aku duduk
di sini. Di loteng
tidak ada yang mengganggu rumah
aroma terpentin
desis suara minyak terbakar

di luar, satu bintang menyendiri
mengawasiku
ini adalah duniaku
aku aman di sini
sendirian

aku melukis dan melukis
mencoret di sini dengan jariku
mengibas dengan kuas di sana

aku melihat cahaya dan atmosfer
di tempat-tempat yang suram
lengkungan rel kereta, jembatan batu

aku melihat keindahan dalam segalanya
seseorang hanya perlu membuka
matanya dan melihat
mengamati semuanya

Hidup, itu kujadikan apa?

aku seorang seniman
bagaimana kau menyebut dirimu sendiri, Laurie?


Hitam gading, merah terang, biru tua, kuning tua
keramaian bisa jadi tempat paling sepi
mereka menghantuiku ...
jiwa-jiwa kesepian

(hantu-hantu)

selama bertahun-tahun, aku datang ke sini
selama bertahun-tahun, melintasi padang rumput ini
sendirian. Aku tak butuh orang lain

kau bisa melihat segalanya dari sini
aku mengamatinya seperti burung
mengagumi segalanya
pemandangan, perkotaan, kepulan asap
uap dan api

kekuatan industri
seperti tungku perapian ...
membara

Ada misteri di semua hal ...
sebuah syair, orang berpikir
bisa melakukan apapun semaunya
mereka tidak bisa
tak ada yang bebas
kita semua terperangkap
di sebuah gambar
dan semua orang adalah orang asing
bagi yang lainnya

hujan rintik-rintik
hujan rintik-rintik



       Admin akan menutup review film ini dengan  tiga kalimat yang paling berkesan.
  1. Setiap gambar yang kulukis, selalu dimulai dengan cara yang sama. Itu dimulai dengan warna yang sama. Di bawah setiap gambar adalah warna putih.
  2. Tak ada yang salah dengan tidak mengejar duniawi, bukan? Waktu demi waktu. Aku dihibur oleh hidup, dan terkadang dibuatnya sedih.
  3. Aku adalah aku. Tidak lebih, tidak kurang.




Review Film; Sepotong Kisah Romantis yang Tertinggal (a Rainy Day in New York)


 a Rainy Day in New York



    Di luar gerimis, mendung
    Kota New York, diselimuti kabut bercahaya
    Sepasang kekasih berjanji bertemu kencan pukul 18:00
    Di Stasiun Grand Central, di bawah jam
   
    ...
   
   Seorang laki-laki, memutar-mutar musik
   di telinganya. Namun, sang kekasih tak pernah datang
  
   ...
  
   Pukul 17:54
   Seorang perempuan berlari menembus gerimis
   untuk menemui seseorang. Namun, baru saja
   ia didiagnosa memiliki penyakit, dan
   itu menyebar secara cepat seiring waktu
   kekasihnya menunggu



   Itu adalah percakapan yang antara Gatsby dan Chan Tyrell. Sangat romantis bukan? Menurut ane, ini kaya penggalan puisi tentang sepasang kekasih yang harus, atau telah dipisahkan karena suatu keadaan yang sulit. Meskipun begitu, keduanya masih terus berjuang untuk memenuhi sebuah janji, menuntaskan kerinduan, dalam sebuah pelukan, dipayungi gerimis.

   Sebelum jadi ke mana-mana, baca dulu yuk sinopsisnya.

   Film ini mengisahkan pasangan muda,  Gatsby Welles (Timothée Chalamet) dan Ashleigh Enright (Elle Fanning) yang pergi ke New York untuk menghabiskan akhir pekan. Namun, begitu mereka tiba cuaca buruk dan banyak kejadian malah membuat mereka harus terpisah. Mereka melakukan serangkaian petualangan di kota ini.

   Ashleigh Enright mendapat kesempatan untuk mewawancarai sutradara film terkenal, sedangkan Gatsby, bertemu dengan banyak urusan tentang masa lalu, keluarga dan hal-hal yang ingin dia lupakan.

   Akankah pasangan ini akan tetap bersama meski banyak godaan di sekitarnya?


a Rainy Day in New York
Sumber gambar : Imdb.com

                                                           Tahun            ; 2019
                                                           Negara          ; United States
                                                           Tanggal Rilis; September 16, 2019
                                                           Sutradara      ; Woody Allen
                                                           Bahasa          ; English
                                                           Genre            ; Comedy, Romance
                                                           Durasi           ; 92 min




   Dengan gaya klasik seperti tahun-tahun lampau. Kisah ini seperti membawa sepotong kisah romantis di tengah merebaknya kisah-kisah action. Mirip seperti seorang gadis yang membawa secangkir kopi di saat pagi, sederhana, tapi tetap romantis. Tanpa tragedi besar, tanpa ledakan-ledakan di dalam cerita, tapi begitu hikmat dan mempesona.

   Narasi berjalan yang memperkenalkan kedua tokoh utama juga begitu smooth dan ngalir gitu aja. Kita sebagai penonton seperti terbawa alur dan ingin mencium seseorang yang spesial yang ada di hidup kita. (Yah, meskipun admin sendiri belum punya *peluk bantal)

   Bahan renungan untuk proyek selanjutnya, adalah tentang plot sebelum ending. Admin pribadi kecewa pada twist ngadak-ngadak antara obrolan Gatsby dan Ibunya. Terkesan terlalu dipaksakan.

   Memang benar, tokoh ibu diperkenalkan dengan epick lewat monolog gatsby dan beberapa kejadian dalam film, tetapi ada yang terasa ganjal dan terlalu jauh dari ekspektasi bahwa hal yang dilakukan si ibu dan alasan-alasannya. Jadi gak terjangkau aja di imajinasi admin pribadi.

   Overall, film ini ane rekomendasiin (banget) bukan kalian yang sangat suka film romantis, yang gak ribet-ribet dan berpatokan pada hal-hal besar yang kadang jauh dari pikiran kita. Tetapi sangat menyentuh dan ... keren.

   Note: Soundtrack film ini enak beud dinikmati pas hujan-hujan, apalagi ditemani seseorang yang spesial wkwkwkw

 Bandung Barat, 03/02/2020


Saturday 1 February 2020

Kumpulan Prosais; Cinta yang kebablasan

 Jatuh dan Cinta


   Di tepian malam yang makin larut, aku masih tak ingin terpejam. Udara dingin mungkin bisa membuat tubuhku terpaku, tapi kebimbangan hingga kini belum membeku. Ia bahkan menjadi-jadi, dengan melahap sebagian kewarasan yang kujaga mati-matian. Mungkin benar, aku butuh lentera, yang dulu pernah kutinggalkan untuk menerangi kehidupan seseorang.

   Lampu-lampu kendaraan, menyorot kegelisahan jiwa yang masih penuh angan dan entah kapan berhenti bertepuk sebelah tangan. Dunia gelap masih saja membiarkan napas resah meradang, mengembangkan rasa yang tak di undang. Anjing! Aku masih tak bisa melakukan apapun untuk berjalan di jalur yang harus dilalui.

   Si pembuat onar: ke-egoisan, kembali mengacak-acak tatanan kasih yang lama kucoba rapihkan. Gemerlap suara mimpi terus mengiang bahkan ketika aku terjaga. Aku sudah berusaha menjalankan segalanya agar seperti yang kumau, tapi setiap kali dihantam rasa penyesalan, perasaan ini kembali mundur ke tempat sebelumnya.

   Biarlah yang remang tetap menjadi misteri, hingga malam bisa berjabat dengan ngeri. Biarlah yang samar membuat khayalan, di balik damar yang menari mengikuti terpaan angin. Membawa banyak kesempatan yang jatuh terbuang. Biarkan aku meringkuk di sini, bersama gigil dan kesepian yang mendekap tanpa rasa nyaman.

   Aku lupa diri dengan mencntaimu sepenuh hati. ketika sepasang tangan lain menghampiri dan membawamu pergi. Tolol! Aku datang merangkak ke kakimu, berharap diinjak, tapi yang kamu lakukan malah menjauh dengan bijak. Aku tahu, semua terjadi karena ketololanku sendiri, dan pengharapan bahwa kamu memintaku untuk berdiri.

    Aku menumbalkan segalanya hanya untuk menghapus tangis di pipimu dan kini saat tersenyum, semua mata tertuju padamu. Harusnya dulu aku membiarkanmu tenggelam begitu saja, mengabaikanmu. Mungkin aku tak akan pernah seterpuruk ini, tapi aku tak bisa melakukan itu. Aku pernah memprediksi kamu akan pergi, tapi lagi-lagi, entah karena tolol, atau iba, aku kembali.


   Selamat malam, mimpi-mimpi, semoga Tuhan menghujanimu meski tak kusirami.
   Selamat malam rindu, karna kebiasaan berharap lebih, lalu lebih berharap kau tersiksa.
  Selamat pagi, bagi sebatang rokok, segelas air panas, dan buaian yang belum terjawab, semoga kalian masih bisa menemaniku mempertahankan kewarasan ini.

Bandung Barat, 28/06/2020

Pict; Jatuh dan Cinta

 

 

Waras yang Diperas


  Aku pernah mematahkan  hati kecil-kecil sebagai petunjuk jalan. Agar ketika aku tersesat saat mencintaimu, bisa kulangkahkan kaki ke jalan keluar. Tidak diputar-putar waktu dan tenggelam karena alasan-alasan yang sama.

   Aku pernah membakar harapan dan cita-cita, hanya untuk mendapatkan sedikit kewarasan dari senyummu. Esoknya, aku harus pulang dengan malu. Mereka tertawa sambil berbisik "Lihat lelaki itu! Contoh orang yang jadi bodoh karena mencintai."

  Aku terlalu naif. Menyerahkan segalanya dan tak memintamu melakukan hal yang sama. Pertaruhan yang tak adil. Aku selalu kalah telak saat mencintaimu.

  Kulakukan ini sebab aku mencintaimu. Disetiap nomer dalam kalender. Pada setiap detak jantung dan detik yang menggantung. Aku mencintaimu. Pekerjaan seumur hidup yang tak mengenal cuti dan libur.

  Aku tak merasa perlu menaklukan dunia, jika tanpamu saja aku merasa sisa-sisa.

Bandung Barat, 06/10/2019