Wednesday 27 December 2017

FlashFiction; Kudeta

Kudeta


    Cerawat  bersinar  meninggalkan jejaknya di langit malam, memberikan pesan, sedang terjadi hal yang tak beres di istana. Aku bergerak cepat, menuju pagar rumah warga, tempat penitipan kuda. Berpijak pada sanggurdiI, lalu segera memacu kuda, meninggalkan pasukan Arkikni --para pengawal pribadiku-- yang beristirahat di warung. Kami baru saja pulang dari kerajaan Ganggula, untuk membantu keadaan rakyat di sana yang kekurangan makanan.

   Cahaya dari obor sepanjang rumah menerangi jalan, hingga tanpa kendala, aku sampai di depan gerbang istana.

    Kulihat, darah tercecer mewarnai beberapa sudut tanah yang rengkah karena kemarau. 'Rupanya pemberontak tak berhasil mulus,' ucapku dalam hati.

   "Kemana perginya para pengawal anda, Tuan?"
Para penjaga gerbang yang masih hidup panik, melihat aku berjalan sendirian. Mereka tak membantu pertarungan di dalam, karena  terlalu berbahaya, jika para pemberontak lainnya bisa menembus benteng dengan mudah..

  "Tuan, jangan pergi ke dalam. Sungguh berbahaya di sana. Biarkan Paduka dan pengawal yang menumpas mereka," ucap yang lainnya. 

   "Tidak mengapa, Mang. Saya bisa menjaga diri." Kulangkahkan kaki masuk ke dalam istana.

   Ayah sebenarnya bukanlah orang biasa, dengan *aji-aji yang dikuasainya, para pemberontak dapat dilumpuhkan. Meskipun beberapa orang kepercayaannya harus meninggal dengan mengenaskan.

   "Maafkan Nanda, Ayah. Telat datang untuk membantu melawan pemberontakan."

   "Rupanya kau sudah sampai. Harus ayah katakan, ada beberapa abdi yang berkhianat. Sebagian dari mereka telah menghabisi orang-orang kita yang berkerja di dapur, karena merekalah yang pertama tahu soal kudeta, tapi syukurlah, **Sang Hyang Widhi masih memberikan ayah dan yang lainnya keselamatan."

   Hatiku yang semula panas, menjadi adem karenanya. Melihat peluh yang menetes dari kening ayah, serta mendengar para koki dan abdi dalem banyak yang terbunuh, membuatku berinisiatif masuk dapur, membawakan air untuk mereka.


   Ayah dan para pengawal yang masih hidup, langsung meminum air yang kubawa. Tak berselang lama, terdengar jeritan-jeritan dari luar istana, bahkan mereka -- ayah dan para pengawal-- terlihat pucat dan berjalan sempoyongan.

   'Rencangan cadangan rupanya berhasil dilaksanakan,' ucapku sambil berpura-pura menangis di depan ayah, sambil menunggu pasukan Arkikni dan rakyat Ganggula yang memilih mengabdi padaku.

Bandung Barat, 14092017

Catatan;

 * benda atau mantra yang dijaga dan dirawat secara baik karena dianggap dan dirasakan memiliki kekuatan gaib

** Sang Hyang Widhi (disebut juga sebagai Acintya atau Sang Hyang Tunggal) adalah sebutan bagi Tuhan yang Maha Esa dalam agama Hindu Dharma masyarakat Bali. Dalam konsep Hinduisme, Sang Hyang Widhi dikaitkan dengan konsep Brahman. Dalam bahasa Sanskerta, 'Acintya' memiliki arti 'Dia yang tak terpikirkan,' 'Dia yang tak dapat dipahami,' atau 'Dia yang tak dapat dibayangkan.'

(sumber KBBI dan Wikipedia)


Saturday 9 December 2017

Apresiasi; Puisi Pendek Ibu

Meski mata tak memandang, walau telinga tak mendengar, namun doa ibu  akan terus memeluk kita. Tak pernah terputus, tak pernah terhenti. Tak akan pernah ada titik di dalamnya.
@ArdianHandoko

   Dalam sebuah puisi, majas, diksi dan penghayatan merupakan unsur hal yang diwajibkan 'ADA' membalut. Sehingga bisa menjadikan pembaca larut dan hanyut dalam puisi si penyair. Dan dalam puisi karya Pak Cuk X Schobber II   ini, saya mendapatkan kedalaman makna yang terasa sangat mewah, dalam kata-kata yang sederhana saja adanya. Hebatnya, dalam puisi mini ini (saya juga tak dapat memungkiri, ini sebuah fiksimini) saya mendapatkan kedalaman pikir, keluasan imaji dan keindahan puisi. Hebatnya lagi, dalam puisi yang secuil ini saya mendapatkan gema panjang yang tak berkesudahan.

TULUS

Doa ibu tak bertitik

 
   Sebegitu hebatnya kasih sayang orang tua (Khususnya ibu) membuat kata demi kata dalam puisi ini begitu hidup, Jujur saja, pertama kali membacanya saya merasa wah dengan puisi mini (saya juga anggap ini Fiksimini) yang ditulis Begitu menyentil imajinasi, juga nurani. Ada kedalaman yang lebih luas dibanding beberapa katanya. Tentang seorang doa ibu.


   So, ada amanat yang tercetak jelas, dalam sulingan puisi ini. Membuat kita (terutama sebagai anak) harus berusaha menuruti  ucapan, keinginan dan harapannya pada kita. Karena saya pikir, tak akaan pernah ada seorang pun orang tua yang akan menyuruh anaknya agar masuk ke dalam lubang kelam.
 
   Mungkin, ini arti ketulusan, seperti ikhlas yang tanpa ada sedikit pun kata ikhlas di dalamnya. Terima kasih tegurannya Pak

Bandung Barat, 2017

Monday 4 December 2017

Kumpulan Puisi; Tentang Negeriku

Langkah-langkah Kecil Di Padang Ilalang

Gemerisiknya kudengar subuh tadi 
Derap langkah kaki dari bocah kecil pada tanah yang masih basah 
Bahkan embun-embun belum pulang ke mataku
Bocah baru itu sudah melangkah lagi di padang ilalang .
Dia hendak mengambil bintang-bintang yang terjatuh
Tadi malam
Setiap subuh dia mengumpulkannya
Untuk makan, dan sebagian lagi dipakainya untuk jajan
Tapi, akhir-akhir ini Pedagang sembako, pedagang cilok dan batagor 
Sudah tak mau menukarnya dengan bintang-bintang
Sudah ada listrik, katanya
Aku ingin membeli semua bintang itu
Sekadar untuk merangkai namamu 
Pada tangannya, bintang-bintang itu masih terlihat berkelap-kelip 
"Aku tak akan menjualnya, jika karena rasa belas kasihan 
Aku tak ingin dikasihani, aku ingin disayang."

Aku tertegun, mungkin setiap malam 
Dia menghitung luka
Sambil berharap bintang-bintang itu jatuh
Agar dia bisa memanennya esok

"Aku ingin membeli bintang-bintang itu 
Untuk mengeja nama seorang wanita 
Agar di langit, dia bisa membacanya 
Tapi sebelumnya, bolehkan aku kenal namamu, Dik?"
"Namaku Yatim Piatu, Ibuku Pertiwi, Ayahku Pancasila 
Hanya saja ...  Aku dilahirkan malam-malam 
Di dalam jurang."

Ini Negeri Surga (1/2)


Ini negeri surga, nak
diceritakan lewat mulut ke mulut
lewat bisikan semut

Ini negeri surga, nak
yang melewati bukit, sawah dan celah-celah
yang paginya sejuk juga empuk
yang negerinya aman.tentram seperti di awan

Tapi anakku bertanya dengan polosnya
kenapa sumgainya dan lautnya jadi kotor?
kenapa banyak pabrik yang memberikan polusi?
dan pejabatnya masih ada yang korupsi
itu kan perbuatan setan
sedangkan setan tak mungkin masuk surga

Mereka cuman setan yang tersesat, nak
sebentar lagi mereka akan dijemput, empat orang laki-laki
dan dikembalikan ke neraka

Ini Negeri Surga (2/2)


Garam, rempah dan gula
hidup rukun di negara yang sama
yang kaya raya (sebenarnya)

Meski garam tak manis
gula tak pernah memandang sinis
dan rempah masih berbicara dengan logat daerahnya
mereka berbeda, tapi tetap satu
mereka tak pernah ribut di dalam tungku
apa kita tak malu?

Tak Ada Lagi Tikus Di Negeriku


Kucing-kucing kami gemuk dan malas
jam rapat tidur, waktu bekerja tidur
pas ada kamera omongannya ngelantur

Mereka suka malak tikus-tikus kecil
tikus pembegal, pejudi atau penipu kerdil
bekerja di gorong-gorong yang baunya tengil
menyentil-nyentil hidung tikus kecil

Kucing kami tak bisa ditipu
karena bergelar sarjana hobi melucu

Yang membayar lolos dibebaskan
yang tak ada uang dijilat, dimuntahkan, dijilat, dimuntahkan
saat ada tikus yang mati, mereka tinggal bilang kecelakaan
atau kejahatan harus ditiadakan

Lupa


Tadi malam, aku ditemui seorang laki-laki
dalam mimpi
padahal aku sangat pelupa
aku sering melupakan hal-hal penting
kunci rumah, tanggal pernikahan
bahkan aku pernah lupa meletakan senyum
juga janji-janji ranum di depan umum
tentang pembangunan desa, tentang kesejahteraan bangsa

Tapi mimpi tadi malam masih jelas
tergambar dan kutulis di atas kertas
agar aku kembali menjadi pejabat teratas
aku puas, sangat puas

"Jika ingin kembali terpilih, kau tak boleh lupa janji-janji di mimbar desa"
tapi aku mendadak lupa
atau mungkin, pura-pura lupa

Bandung Barat, 14 Agustus 2017