Sebuah Perenungan
Malam larut dalam air
mataku. Sejuta kenangan
bersinar dalam gelas-gelas
aku asyik mencari wajah-
wajah yang kukenal
setetes sepi dan keheningan
membuat perasaan itu
semakin terlihat kentara --tak terkira
Denting piano mengalun, mengundang
awan-awan berkumpul. Dan gerimis
membasahi
setiap kesibukan kota ini
Sepasang kekasih mencuri
ciuman yang lama hilang
yang lama terlepas dalam kenang.
Payung ingin menutup diri
mungkin malu, atau
cemburu, dan detak jantung
terlalu sulit untuk ditenangkan
Kau
adalah jantung
kota yang berdetak, siapmengerjaiku dengan ribuan pertanyaan
atau harapan
atau
sebuah kisah-kisah jauh
yang
tak pernah terbayangkanDi depan alun-alun,
di depan halte, orang-orang yang berlalu
lalang. Mengemas kepergian
dan mendung di kota ini
seolah sebuah igauan
yang lahir dari mulutmu
ketika kucumbu
Aku kerap bertanya
pada angin-angin genit
yang memainkan rambutmu
"Apakah ia di sana juga menunggu?"
Bandung Barat, 26/02/2020
Better |
Pertanyaan-Pertanyaan dalam Kepalamu
"Senyummu
kenapa menghilang?"
tanyamu
pada pagi
mendung.
Matahari enggan
datang. Gerombolan awan
duduk bersilang
"Binar matamu ke mana?"
Bintang berhenti
berkedip. Matanya yang
redup perlahan pekat.
Perempuan cantik itu menyimpan
pantat di atas
rumput. Mengeja
bahasa takdir. Gelap
langit menumbuhkan banyak
pernyataan. Kepalanya
lahan subur pertanyaan.
"Kemana hendak pulang bintang-
bintang, jika malam bukan
tempat yang ramah."
Matahari menetukan tanggal
bulan menyiapkan diri dan
gerhana menghancurkan segalanya
Bandung Barat, 06/01/2020
Pagi di Bangku Taman
Di bangku taman yang lusuh
saat pagi masih mengumpulkan
ingatan dan matahari adalah sepotong kue
yang baru diangkat
Aku ingin mencuri sebuah ciuman
dari ranum bibir puisi, juga tubuh
seorang perempuan di perempatan
jalan, yang resah menunggu
separuh napasnya kembali
Bandung Barat, 05/02/2020
No comments:
Post a Comment