Sebuah Titik
Jika saat ini dirimu temani aku di titik terendah, aku ingin dirimu pula
yang temani aku di titik puncak, titik nol bukan lautan، Sayang, tapi di mana
aku tak punya tempat berpegang selain Tuhan dan cintamu. Dirimu adalah
sosok yang kuijinkan dan Tuhan takdirkan. Tempat aku mengadu tentang
kerasnya dunia saat air laut yang asin itu masuki mataku, bahkan ombak yang
menggulung itu coba tarik aku menuju titik yang lebih rendah lagi, iia
coba mengelabuiku, dia bercerita tentang indahnya karang dan ikan, tapi
haruskah aku ikut tenggelam ke dalamnya?
Inginku ajak dirimu menuju titik tertinggi, di mana kita bisa bersama-sama
melangkah melewati rerumputan kering, dan jalan licin berkelok, jajaki
tangga-tangga kehidupan yang berikan nilai-nilai kehidupan yang berharga, tentang kuasa Tuhan yang mampu berikan rizki, bahkan pada hewan yang paling menjijikan
bagi kita.
Saat istirahat tiba, walau langit gelap, walau udara dingin menusuk
tulang kita, tapi kita bisa melihat kemilau langit yang indah, ketenangan
hati yang tak pernah bisa dibeli, tentang nikmatnya menghirup udara kayu
yang terbakar meski menyengat, kita bisa bercerita tentang masa depan,
tentang apa yang kita impikan, bahkan kia bisa bercerita tentang masa lalu
yang indah, mengharu biru, yang akan kita jadikan kenang-kenangan indah di masa
yang akan datang.
*Pict by google
Bandung Barat. 14/06/2017
No comments:
Post a Comment