Edelweis, mengabadikan kita
Derap langkah kita pagi itu
Memeras waktu, menyulingnya jadi kenangan
Pada setetes embun yang ditulisi sajak oleh mentari
Menguap, tapi menetap di sanubari
Di atap Jawa barat
Kita menatap edelweis yang kekanakkan
Bergerak lincah
Ke sana, ke mari, menari-nari
Sahabat, ingatkan aku
Tentang serumpun ilalang yang saling berpelukan
Tentang awan berarak yang tak berjarak
Tentang kita, sebuah masa tak terlupa
Edelweis, si bunga abadi
Pada indahnya kita menyimpan tawa
Menggema di malam-malam gelap
Terus menggoda hingga dunia terlelap
: Rahmat Hidayat (#Ar_rha)
Memeras waktu, menyulingnya jadi kenangan
Pada setetes embun yang ditulisi sajak oleh mentari
Menguap, tapi menetap di sanubari
Di atap Jawa barat
Kita menatap edelweis yang kekanakkan
Bergerak lincah
Ke sana, ke mari, menari-nari
Sahabat, ingatkan aku
Tentang serumpun ilalang yang saling berpelukan
Tentang awan berarak yang tak berjarak
Tentang kita, sebuah masa tak terlupa
Edelweis, si bunga abadi
Pada indahnya kita menyimpan tawa
Menggema di malam-malam gelap
Terus menggoda hingga dunia terlelap
Bandung Barat, 24 Juli 2017
Foto Ibu
Aku hendak menganyam mimpi
memungut harapan yang hilang di desa kecil ini
merantau, melewati pulau-pulau
jauh dari ayah, ibu bahkan masa kecil
juga kisah-kisah tentang hidupku yang kerdil
Malam kerap membelai rindu
merangkai debu-debu, dari waktu
jadi sebuah lagu yang bisu
diputar pada ruang-ruang kelabu, di sudut pilu
Tapi kupandang lagi potret ibu
senyumnya menambal semangat yang retak
Aku harus kuat!
lukaku berjumlah sekerat
berbeda dengan yang robek di dada ibu
saat dicaci waktu, diteriaki "Bangsat!"
Saat kesedihan, luka juga kebosanan melanda
kupandangi lagi foto ibu
yang tergantung di daun pintu
memungut harapan yang hilang di desa kecil ini
merantau, melewati pulau-pulau
jauh dari ayah, ibu bahkan masa kecil
juga kisah-kisah tentang hidupku yang kerdil
Malam kerap membelai rindu
merangkai debu-debu, dari waktu
jadi sebuah lagu yang bisu
diputar pada ruang-ruang kelabu, di sudut pilu
Tapi kupandang lagi potret ibu
senyumnya menambal semangat yang retak
Aku harus kuat!
lukaku berjumlah sekerat
berbeda dengan yang robek di dada ibu
saat dicaci waktu, diteriaki "Bangsat!"
Saat kesedihan, luka juga kebosanan melanda
kupandangi lagi foto ibu
yang tergantung di daun pintu
Bandung Barat, 31 juli 2017
No comments:
Post a Comment