Wednesday 28 November 2018

Prosais; Anggap Ini Sebuah Cerita



 Anggap Ini Sebuah Cerita


Jika kehilangan ini bukan ilusi, ijinkan aku menepi sebentar untuk merenungi apa yang terjadi. Perihal salah yang menumpuk, atau akar cinta yang mulai melapuk. Namun, jika kau berkenan, Bolehkah aku melautkan segalanya? Termasuk kenangan tentu saja.

Aku, luka yang diam pada setiap prosa dan puisi yang kau tulis. Maaf, atas segala kelakuan buruk yang menimpamu. Membuang waktu untuk mengkhayal tentang kita misalnya, atau doa-doa yang harusnya kau lebih dahulukan untuk dirimu sendiri.

Selarik puisi pernah kutulis di selembar malam. Apa dirimu pernah membacanya? Atau memang sudah tak peduli adanya? Perihal isi, coba kau tanya pada bintang, mungkin dia bisa menerjemahkannya untukmu.

Namamu adalah jalan panjang, yang pernah kutempuh lewat langkah-langkah doa. Maaf karena menyerah sebelum saku sampai di sana. Aku terlalu takut pada salah satu resolusimu. Kaya.

Bukan tak ingin berjuang, hanya saja jika hitungannya materi, rasanya tangan ini tak terima. Andai saja hitungannya bahagia, ijinkan aku menemanimu untuk menggapainya bersama.

Pesimis? Betul, aku terlalu pesimis. Mungkin itu sebabnya semua sahabatku menyarankan untuk mencari sosok yang bisa merangkul, sambil menyemangati. Bukan keharusan, hanya saja, jika Tuhan berkenan memberikan pilihan, tentu aku meminta seseorang yang bisa saling mengisi kekosongan.

Perihal rindu untukmu jangan tanya. Sebab kediaman yang selama ini kujaga, hanya untuk meredam letupnya. Jangan sampai tulisan ini mengganggu pikiranmu, anggap saja tulisan ini hanya cerita.

Di sini sudah cukup larut. Duluan tidur sana, biar besok bisa cepat bangun dan segera melangkahkan mimpi menjadi nyata. Oh iya, boelh titip salamkah untuk Mamahmu? Bilang terima kasih, sama maaf belum bisa jagain kamu selamanya.

Selamat malam, Puisi. Mimpi dan kenyataan indah, ia?





Foto
Sumber Gambar; Google+

Bandung Barat, 23:11/22/11/2018

No comments:

Post a Comment