Friday 4 January 2019

Prosais; Untuk Seseorang


Untuk Seseorang




   Seolah waktu terbuka. Mengurai ingatan-ingatan perlahan. Aku sadar menyakiti. Namun, pembelaan tentangmu yang datang dan pergi membuat semua ini terjadi. Terserah luka kini, akan hinggap di mana ia nanti.

   Bukan karena perasaan ini telah hilang. Walau jika harus jujur, serupa aroma tanpa udara, musik tanpa telinga dan lautan tanpa air. Seolah keputusan yang telah kuambil menghancurkan dunia. Meskipun jika itu dunia kita, benar adanya.

   Mari pulang sejenak menuju masa lalu, untuk memperbaiki diri. Kau dan aku yang masih menggenggam keegoisan. Menyimpan kejujuran jauh di lubuk terdalam. Seolah lupa tujuan yang pernah kita gambar di peta mimpi. Dihempas kenyataan dengan begitu menyakitkan. Kita berpisah dengan membawa kehampaan.

  Adakah setitik kebencian tersisa? Atau luka memang menetap di dalam rongga? Sehingga kita memutus segalanya, membakar apa yang ada. Menyebabkan langit dipenuhi asap pekat, menciptakan sebuah sekat.

   Aku tahu, kita belajar merelakan. Senja akan habis diganti malam, pelangi perlahan pudar setelah lama hujan. Namun, haruskah aku rela, senyummu diganti tangisan? Apa benar aku bisa rela jika keadaannya seperti itu, Kekasih?

   Gerimis yang menemani, perlahan mengubah diri menjadi badai. Ada banyak yang ingin kukatakan, tapi yang terpenting adalah aku berusaha mengikhlaskan.

 Bandung barat, 04122018


Qingcheng 7-3
Pict by; Google+



   Aku bisa saja menulis puisi paling patah hati, atau sebuah prosa yang di dalamnya terdapat perasaanku yang paling lara. Namun, apa artinya jika itu tak bisa membuatmu kembali.

   Aku bisa saja menabung banyak rindu, menjaganya dengan sepenuh hati. Namun, apa artinya jika kau benar-benar akan hilang pada jarak jangkauan pelukan.

   Aku pernah menggenggam banyak kepahitan hidup sendirian. Memamah luka dengan lapang dada. Namun, pemikiran dan kenyataan hidup tanpamu rasanya hampa. Sejenak, mengulang pertemuan pertama yang biasa, hingga menyisakan kepahitan yang tak bisa dijelaskan hanya dengan kata.

  Untuk seseorang  yang pernah hidup dalam tulisanku. Terima kasih, atsa setiap angan yang lahir, atas sebuah senyum yang pernah menghapus getir, atau setiap hal yang kini hanya dianggap satire.



Bandung Barat, 02012019

No comments:

Post a Comment