Rindu Sebangsat ini
Rindu yang sebangsat ini, boleh kuhabisi, Puisi? Aku lelah meringkuk dalam pagi yang dingin, sebab tak ada tubuhmu yang tak dapat kudekap erat. Lalu kamu tersenyum, mencium pipi atau apa saja sambil mengucapkan selamat pagi.
Aku lelah menjadi pecundang yang ditelanjangi oleh dunia. Menatapmu dari jauh, mengabaikan segal perasaan butuh, meletakkan keping-keping hati yang runtuh, sedangkan kenyataan menyingkirkan harapanku terlalu jauh.
Aku terombang-ambing karena tak diberi ijin pada hatimu untuk berlabuh
aku sakit, dihempas dari langit hingga jatuh
aku jadi benda paling rapuh, yang tanpamu hidup separuh
Hujan oktober membawa resah yang berkepanjangan. Menyebabkan resah tak berkesudahan, dan angan yang tak kunjung hilang. Selayaknya bara pada sekam-sekam padi kering. Tak perlu menunggu lama untuk terbakar, meski terlihat tenang.
Kenangan indah
hanya api yang menunggu padam
jadi bara, atau abu
Dan rindu yang kumiliki
masih sebangsat ini.
23:38pm
Bandung Barat 17/10/2019
Bandung Barat, 30-10-2018
Pict; Rindu Sebangsat ini |
Dari ribuan ingatan, namamu satu dari banyak hal yang tak ingin
kulupakan. Tak habis dikikis waktu, tak akan lepas dihantam lupa. Kita
mungkin sudah lama tidak bertukar kabar, tapi semua tentangmu masih
kuikat dengan sabar. Sebagai kenangan, ijinkan aku mengunjungimu
sesekali dalam pekat kehidupan.
Menenangkan rasa yang bergejolak, serupa jalan-jalan mimpi yang retak.
Kau, aku dan banyak hal yang pernah kita cita-citakan. Kau, mimpi dan
segenap hal yang ada dalam kenangan.
Sekiranya kita hanya menjadi anak-anak waktu. Berusahalah genggam
segala keinginan dengan tanganmu. Menjadi lebih baik, agar penyesalan
yang hadir bisa jadi titik balik.
Antara aku, kau dan segala kerinduan. Menutupi ruang hati, agar tak ada
celah untuk setitik benci. Kata yang akan selalu terpatri di dalam
kesadaran.
Jangan pernah ada setitik kebencian.
No comments:
Post a Comment