Monday 13 February 2017

FlashFiction: Meja Kuno



 Meja Tua.



   "Hanya ini yang tersisa," ucap Rindu kepadaku saat menunjukkan meja kuno bercorak ular yang telah sedikit menghitam. Hanya ini harta terakhir yang tersisa. Semua isi rumahku yang lain hangus terbakar.

   "Kita bisa memulai semuanya dari awal, Sayang," senyum palsu kubuat, pura-pura tegar dihadapan Rindu.

   "Iya Bang, Rindu mengerti," lirihnya.

   Aku harus memulai kembali semuanya dari nol, dengan berjualan kolak di depan warung Teh Eha. "Mumpung lagi puasa." Rindu menyarankan.

    Namun hasilnya nihil, bahkan modal pemberian Rindu pun mulai habis, padahal itu tabungan orang tuanya.

   "Aku malu sejujurnya, Rin, sedikit demi sedikit uang kamu habis," kata-kata itu meluncur begitu saja. Aku menunduk malu.

   "Tenang aja Bang, enggak usah khawatir. Aku ikhlas kok." Dia memegang tanganku.

   "Tapi aku jadi enggak enak sama almarhum ke dua orang tuamu, Abang gagal jadi suami," suaraku parau seperti tercekik.

   "Jangan gitu, Bang, mereka udah pasrahin semuanya." Rindu berkata santai, perlahan dia mendekat dan memelukku.

   Tanpa berkata apa pun pada Rindu sebelumnya, malam itu aku menjual meja bercorak, tak tega aku melihat Rindu kedinginan tidur dipost ronda.

   Terjual Rp. 7.500.000,00 "Wah mahal juga," pikirku. Uang ini kugunakan untuk menyewa sebuah rumah selama satu bulan, sisanya biar Rindu yang pegang, aku akan bekerja kembali jadi penambang batu di sungai. Tanpa banyak lama, aku tidur di samping istri.


   Malam itu mimpiku aneh sekali, ke dua orang tua Rindu membentak, mengeluarkan kata-kata tak pantas, dan istriku--Rindu, menangis sambil berkata "Kenapa kamu bodoh Bang, ngejual barang orang tua aku tanpa bicara dulu? Lihat sekarang mereka sangat marah! Abang buat mereka kecewa"--menutup matanya, mencoba menahan tangis--"sekarang aku pamit, mau kembali sama mereka" lalu Rindu dan ke dua orang tuanya berubah jadi ular.

   "Jangan pergi Rindu kumohon," aku berteriak;mengigau. Terbangun, lalu melihat istriku, dia menghilang, benar-benar raib.


Fiksimini;
 MEJA KUNO.

 Dia menangis setelah aku menjual Rindu, apalah daya semua telah terjadi, gambar ular menggigit hatiku.

 Bandung, 30/01/2017
 @Ardian_handoko
 (#Ar_rha)

No comments:

Post a Comment