Wednesday 8 March 2017

FlashFiction; Cerita Masa Lalu.


Cerita Masa Lalu.

Aku masuki buku diary yang dulu kita tulis bersama, dan kini sulit rasanya menemukan jalan keluar.


(Prosais)

    Aku kembali menemukannya, sebuah tugu yang mengabadikan kisah kita. Sejujurnya aku tak sanggup membacanya hingga akhir, karena setiap kalimat yang terukir, mengandung magis yang membuatku masuki alam yang telah tertulis takdir.

    Dada berdegup, diri gugup, dan bibir ini mengatup.

***

     Aku kembali ke sini. Melihat kau dan aku (beberapa tahun silam) sedang menikmati langit, dengan burung lalu lalang. Menarik nafas dalam-dalam; mencoba menetralisir getaran di dalam dada. "Oh, indah bukan kasih? Hmmm, kamu tahu gak apa yang tak pernah terhitung di dunia ini?" kau hanya tersenyum, dilanjut menggelengkan kepala. Matamu menatapku penuh tanya, berbicara tanpa kata. Meminta sebuah jawaban, dari apa yang tadi aku lontarkan.

     "Yang tak pernah terhitung di dunia adalah banyaknya bintang di langit, berapa luasnya jagad raya dan rasa cintaku padamu." Bola matamu berbinar, dan tangan kanan yang halus itu mencubit lenganku.

     "Gombal!" ucapmu sambil menjulurkan lidah, namun aku tahu. Senyummu begitu merekah dalam jiwa. Kau lanjut menyandarkan kepala ke bahuku, dan tangan kiriku merangkul pinggangmu.



     Hitam sekejap.

     Di tempat berbeda, kau dan aku berada di perpustakaan. Melukis cerita dalam sebuah buku, diselingi tawa. Menambahi tulisan dengan kata-kata memuja. Menulis hal kecil dan konyol yang kita lewati, menempel puisi-puisi, lalu diparagraf akhir menulis titimangsa; berharap ini semua abadi. Kita menyimpan sepasang (kau satu, begitu pun aku) buku ke dalam tas masing-masing.

***

     Terlelap tidak, tersadar tidak. Waktu begitu cepat berlalu, saat aku bermain imaji, masuki kenangan kita berdua.

    Sebagian nyawaku masih berada di dalam diary. Warnanya mungkin memudar, serta menguning. Cover yang mengelupas, tapi tulisan kita tetap saja sama. Mirip seperti namamu yang masih terpahat di sini, di hatiku.

Bandung Barat,. 2016

No comments:

Post a Comment