Monday 10 July 2017

Cerpen; Kunang-kunang yang menjadi tanda hilangnya seseorang

Kunang-kunang yang menjadi tanda hilangnya seseorang


   'Tunggu sebentar lagi ya, Kak.'

    Kubaca lagi pesan itu. Entah sudah berapa menit aku menunggunya di taman ini sendirian, hanya ditemani  dengkuran burung hantu, serta iringan suara sayup-sayup angin, aku menanti Kai, kenalanku.

    Cahaya remang-remang dari lampu jalan raya, serta sedikit kendaraan yang berlalu-lalang menjadikan tempat ini favorit bagi pasangan muda-mudi memadu kasih. Tapi entah kenapa,  suasana malam ini terasa begitu sepi, seperti pertanda buruk bahwa akan ada orang yang hilang. Heningnya begitu menggerogoti hati. Kelamnya malam seperti isyarat kesedihan yang dijelmakan langit pada manusia.

    "Kau tahu, Bro? Indah mantan pacarmu di SMA hilang tadi malam."

    "Hilang? Jangan bercanda kau, Rik! Dani, Septi, Angga juga sudah beberapa hari ini tak terlihat. Apa ada satu petunjuk yang menunjukan kehilangan mereka? Misalnya, jam berapa terakhir kali Indah terlihat, atau dengan siapa dia pergi?"

    "Menurut desas-desus yang beredar, terakhir kali Indah terlihat saat Angga mengajaknya makan malam. Tapi tadi kau bilang Angga juga menghilang, jadi tak ada kesimpulan."

    Dan hari itu pula terakhir kali aku melihat Erik di taman ini. Aku merinding sendiri memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi pada mereka.

    Kini tampak malam semakin pekat, kuminum kopi yang kubawa sendiri -- para pedagang selalu pulang sehabis magrib sekarang, desas-desus itu membuat mereka menjadi sangat panik --  kuputar lagu payung teduh agar tak terlalu jenuh saat menunggu Kai di sini.

    "Sudah lama menunggunya, Kak?"

    Deg!! Aku yang setengah melamun memberanikan diri melirik ke arah pemilik suara lembut yang memasuki gendang telinga.

    "Lumayan, sini duduk," aku bergeser, memberi sedikit tempat untuk gadis itu duduk. Tercium aroma lembut parfum memasuki indra penciumanku.

    "Sory yah, Kak. Biasa Nyokap sewot kalo keluar malem." Dia tersenyum, manis sekali. Terbuai aku yang melihatnya, senyum yang terlihat begitu tulus. Aku yakin, siapa pun lelaki yang melihat senyumnya itu, pasti akan sama terbuainya seperti aku. Jika ada yang tak setuju, mungkin lelaki itu telah gila.

    "Santai saja ... hmmm, langsung ke intinya ya, Kai. Ada apa?"

    "Jadi gini loh Kak," gadis itu terlihat sedikit gugup, tiba-tiba dia memegang lengan kananku, "kita udah lama jalan bareng, makan bareng. Tapi hubungan kita sampai saat ini masih tanpa status. Apa mungkin Kakak mmm ... gak mencintai aku?"

    Pertanyaan itu terlalu terburu-buru. Lagi pula aku masih tak dapat melupakan mantanku. Sedangkan jika aku mengucapkan hal sebenarnya, aku takut dia berpikir bahwa aku hanya mempermainkannya.

    Saat aku tengah berpikir -- atau lebih tepatnya melamun -- muncul kunang-kunang begitu banyak, entah berasal dari mana. Cahaya kuning kehijauannya begitu mempesona netraku. Meski dengan munculnya mahluk bercahaya itu membuatku semakin merasa tak tenang.

    "Kai, mereka (kunang-kunang) cantik ya?" Aku berusaha mengganti topik pembicaraan. Semoga saja mampu membuatnya melupakan pertanyaan tadi.

    Tak menjawab, gadis itu malah menyandarkan kepalanya ke pundakku. Embus nafasnya begitu terasa di tengkukku.

    Rembulan mulai merangkak untuk menyebarkan cahayanya yang sedari tadi tertutupi awan-awan kelam. Cahayanya menerangi sepasang manusia yang tengah termenung di bangku taman. Cahaya kunang-kunang mengitari kami seperti berbisik 'Pulanglah! Malam ini akan ada lagi manusia yang hilang.'

    Perlahan wajah Kai mendekati wajahku, mataku pun kini mulai menutup. Dan, suara dengkuran burung hantu kembali melatar belakangi tempat ini.


***

    Aku terkapar, berusaha sekuat mungkin membuka mata. Kepalaku rasanya berat sekali. Aku berjalan tertatih kembali ke bangku taman, mengelap cairan amis di bibir, lalu berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi.

    'Aku memang gila, tak membalas cinta Kai, gadis yang begitu cantik serta baik hati. Tapi inilah kenyataan, aku masih mencintai calon istriku yang telah meninggalkan dunia, dan gadis itu adalah korban kesepuluh. Persembahan agar kekasihku dapat hidup kembali.'

Bandung Barat, 2017

No comments:

Post a Comment