Tuesday 3 October 2017

FlashFiction; Wanita

Gara-gara Tersenyum


   Ini sudah jam sepuluh pagi, tapi matahari masih saja gelap. Bukan karena awan atau hujan. Penduduk mulai cemas, sedangkan di media-media elektronik, para pakar sudah mulai asik mengucapkan kemungkinan-kemungkinan. Ada yang menyebutkan, karena matahari tertutupi planet baru, kehabisan helium, bahkan yang paling gila, ada yang menyebutkan gara-gara PLN telah memutus aliran listrik ke sana, karena malaikat sudah dua bulan menunggak.

   Semua orang panik. Mereka berdiam diri dengan orang-orang yang tercinta, bahkan yang lainnya telah menyiapkan diri dan menyatakan ini kiamat. Yah semua diam dengan ketakutan, kecuali satu orang wanita yang berjalan menuju taman kota. Mata-mata cemas mengintipnya dari jauh, berharap dia tidak frustasi dan gantung diri.

    Ternyata dia bertemu dengan seorang laki-laki itu membentaknya, "Apa yang sebenarnya kau lakukan, hah!"


  "Kubunuh matahari kemarin! Karena dia tersenyum kepadamu dan kau membalasnya, aku cemburu!"




Bandung Barat, 09/09/2017

Foto
Pict By google+


 

Selamat Datang Di Neraka.

   "Bagaimana? Kau maukan bercinta denganku?" Wanita berkulit putih menarik tangan Samsuri ke kamar. Lelaki berperawakan gemuk itu mengikut saja, seperti anak bodoh, disuruh ke depan kelas.

   Kenanga mulai membuka baju, hingga terlihatlah apa yang membuat mata kaum adam *terbelalak. Dia mulai naik ke ranjang, diikuti Samsuri dengan penuh nafsu.


   Mereka berpangut, desah-desah nafsu yang menggebu, juga tangan yang mulai terbang ke berbagai 'benda' makin menghilangkan kesadaran. 


   "Aku buka, ya, Sayang?" Tangan lentik kenanga mulai menurunkan celana dalam Samsuri. Lelaki itu menutup mata dan ....
Srett!!
Darah berceceran, belati yang dari tadi diselipkan di jaket itu kembali mendapatkan mangsa.


   "Yah, putus, Sayang. Gak jadi, ya? Abis kamu kaya lelaki penjahat yang dulu perkosa aku sih!" ucap Kenanga sambil membersihkan belati. Wanita itu kembali memakai baju, lalu keluar dari kontrakan Samsuri. Membiarkan si lelaki kesakitan, setelah burungnya terbang.



Bandung Barat, 09/09/2017



 Celengan

     Seperti pasangan-pasangan pada umumnya. Aku ingin kisah ini menuju jenjang pernikahan. Sadar bahwa tak mungkin membebani orang tua, untuk semua biaya resepsi. Aku mulain menabung di satu tempat yang orang lain tak dapat mengetahuinya.

    Aku hendak melamarnya hari ini, setelah kupikir, uang tabungan cukup untuk membiayai semuanya. Meski kusadari, akan seadanya.

   "Aku mencintaimu, Dik. Maukah kau menjadi istriku?" ucapku tanpa basa-basi lagi, sesaat setelah dia datang ke taman ini.

   "Apa ini bercanda? Bukankah kita telah sepakati, Kak. Kita hanya teman istimewa, bukan sepasang kekasih!"

    Jadi selama ini? Perlahan, terdengar gemerincing suara logam berjatuhan. Uang yang selama ini kusimpan, berloncatan dari dadaku yang retak.




Bandung Barat, 09/09/2017



Kangen 

    Setangkup rindu membungbung di udara. Asapnya berwarna abu pekat, begitu menghalangi pandangan. Air mata pun mengalir, menganak-pinak di pelupuk Dani. Baginya, dunia kini hanya hitam dan putih, warna-warna hilang bersama kenangan, terkubur bersama jasad istrinya.

    Ditatapnya foto usang yang tergantung di kamarnya, ruangan yang dia tempati seperti menyedotnya jauh pada waktu-waktu silam. Seorang wanita duduk di sofa empuk buatan luar negeri. Matanya yang biru menatap lelaki gagah berkaca mata dengan penuh cinta. Ruangan putih itu terasa penuhi motif bunga mawar. Benar kata pujangga, cinta itu gila.

   Dia berjalan menuju pintu dapur, setelah berhasil keluar dari kenangannya sendiri. Menghangatkan makanan yang dibuatnya tadi malam. Makanan kesukaan sang istri, yang selalu membuatnya terkenang. Dia sangat hapal wangi rempah penuh kenangan. Segelas air putih, sepiring nasi dan rendah istimewa telah terhidang di meja.

   "Tuhan, berkahi makanan yang terhidang ini. Segera pertemukan aku pada kekasih hatiku, aaammiiin." Doanya selesai. Dilahapnya makanan itu dengan tenang dan hikmat.

   Tubuh lelaki itu mulai kejang, busa perlahan keluar dari mulutnya. Pandangannya samar. Ruangan itu kembali dipenuhi motif bunga. Dia tersenyum, racun yang tadi malam dimasukannya ke dalam makanan telah mengantarkan lelaki itu pada kekasihnya.


Bandung Barat, 09/09/2017



Foto
Pict by google+


No comments:

Post a Comment