Monday 13 November 2017

Cerpen; Puisi, dan Aroma Kertasnya yang Terbakar

 Puisi, Dan Aroma Kertasnya Yang Terbakar


   Lelaki itu menatap lekat benda-benda di atas meja. Beberapa surat dengan harum minyak wangi menyengat, lipstik dan beberapa perabotan wanita yang entah apa namanya. Di sampingnya, tergolek seorang wanita dengan mata terpejam.

   Diambilnya gawai dalam saku celana, memutar lagu 'Puisi' milik jikustik, lalu mulai menulis kesepian-kesepiannya.


***



'Aku yang pernah
engkat kuatkan
aku yang pernah kau bangkitkan
aku yang pernah kau beri rasa ....'

    Perempuan imut itu mendekatinya, memperkenalkan diri, duduk di samping dan menepuk-nepuk pundaknya.

    "Janganlah bermuram, Sam. Selama masih ada udara di dunia ini, selama itu pula harapan itu ada."

    "Kau bahkan belum mengenal siapa namaku. Kenapa kau ...." kalimat itu tak selesai diucap lelaki yang tadi tengah duduk melamun.  Suaranya terdengar sedikit emosi.

    "Meski tak pernah menyapamu secara langsung, aku kenal siapa kau. Sam, penyiar di radio lokal yang memutarkan lagu-lagu melow, penulis puisi di blog catatan pena. Lagi pula, aku tahu kau baru putus dengan Juwita, maka dari itu kau melamun sendirian."

    "Bagaimana bisa kau ...."

    "Aku adalah penggemarmu sejak lama, pernah mengirim e-mail berisi puisi-puisi, namun tak pernah kau balas."

    "Sendayu Tri?"

    "Itu hanyalah nama pena, sudah kuperkenalkan nama asliku dari awal, Winarti."

    "Baiklah, apa maumu sekarang? Hmmm ...?"

   "Tolong buatkan aku puisi paling romantis yang bisa kau berikan." Perempuan itu memeluk Sam sejenak, lalu beranjak pergi.

****

   "Kita kembali lagi di zona galau, Serasa FM, dengarkan lagunya, nikmati puisinya. Boleh cerita-cerita sedikit dong galau-ers semua. Hari minggu kemarem, saya baru aja ketemu sama cewek bernama Sendayu Tri. Dia minta tolong dibuatin puisi cinta romantis, dan entah kenapa, pas Saya coba tulisin tuh puisi, isinya malah gak jadi-jadi haha. Becanda-becanda, Saya mulai bacain deh puisinya."

   Diputar lagu Adera - Muara, sebagai backsoundnya



 Semoga Cahayanya Sampai Kepadamu


Kupungut bintang-bintang yang jatuh tadi malam

untuk kurangkai jadi namamu
yang melekat dalam temaram
bukti cinta yang begitu dalam

Mereka; Bintang-bintang, masih berkelap-kelip di tanganku
merayu, mengucapkan kata-kata rindu
tentang aku, yang belum bisa menuntaskan rindu
melipat-lipat jarak dengan pertemuan kalbu

Aku, hati yang selalu melarutkan doa dalam bait-bait subuh,
saat matahari merasakan *tunduh
aku bersimpuh

Dan pagi ini, saat kau membuka jendela
akan kau temui, sepucuk surat
berisi bintang-bintang yang membentuk namamu

 Bandung Barat, 26082017


   "Gimana, galau-ers? Kalo jelek tolong ditambahin, kalo bagus, bungkus deh dibikin kado he ... he ... dari pada dengerin guyonan saya yang makin gak jelas. Kita dengerin aja satu lagu dari Krispatih - Lagu Rindu. Selamat mendengarkan, Galau-ers."

   Cring! Cring!

   Suara gawai Sam berbunyi, menandakan ada pesan masuk untuknya. "Puisinya keren, Sam. Bisa nanti ketemu hari minggu?"



 ***

'... saatku terjaga
hinggaku terlelap nanti
selama itu aku akan
selalu, mengingatmu ....'

   Pertemuan demi pertemuan pun direncanakan, tak pelak Sam mulai melupakan Clara dan jatuh hati pada Winarti. Mereka sering kali menghabiskan waktu bersama, sekadar ngobrol santai atau pun membuat puisi bersama.

   " ... dan luka-luka itu gugur pada musim semi kali ini. Terlepas, diganti cinta yang kini tumbuh dari pelukmu. Jika cinta kehabisan kata untuk dibicarakan, maka biarkan aku melamarmu, Sandayu Tri. Biarkan aku dan kau menjadi satu. Satu yang tak akan pernah bisa dilepaskan waktu. Satu yang takkan pernah bisa diombang-ambing badai. Satu yang hakiki, hanya kau dan aku di ruang bahagia."

   Semenjak pernyataan itu mengudara, Sam tak pernah bisa menemui Winarti. Telah dikirimnya pesan melalui SMS, BBM, bahkan E-mail. Winanti tak pernah membalasnya.

    "Apa cinta hanyalah bualan kata-kata? Bahkan kini api tak hangat, hujan tak menyejukan. Jika pertemuan adalah awal per
pisahan, maka jangan pernah ada pertemuan pertama
denganmu selamanya."

***

'... Kapan lagi kutulis untukmu
tulisan tulisan indahku yang dulu 
warna warnai dunia
 puisi terindahku hanya untuk mu 
mungkinkah kaukan kembali lagi 
menemaniku menulis lagi
 kita arungi bersama
 puisi terindahku hanya untukmu ....'

Jikustik - Puisi


   Di hadapan Sam, Clara duduk menyilangkan kakinya. Lampu lima watt yang sedikit redup di kamar lelaki itu tak mampu menutupi kecatikan wajahnya. Namun, kekesalan di wajahnya begitu terlihat.

   "Apa maksud Lo ngejar-ngejar Winarti, Sam? Dia udah punya suami. Jadi pliiss, berhenti ngejar-ngejar dia!"


   "Winarti udah ... nikah? Gimana Lo tau kalo Gue ...."

   "Winarti kakak Gue. Dia sekarang udah balik ke Jawa.Sebenernya pertemuan Lo sama Winarti  Gue yang rencanain. Biar Lo bisa lepas dan gak ngejar-ngejar Gue lagi."

*** 

   Lagu Jikustik itu pun selesai diputar. Sam Tersenyum kecut sambil membaca lagi puisi di atas meja. Ini mungkin akan jadi pertemuan terakhir yang sungguh buruk. Sam akhirnya tau Winarti alamat setelah menyiksa Clara.

   Entah berapa puluh surat Sam kirim pada Winarti, tapi tak kunjung ada jawaban. Dengan terpaksa lelaki itu berangkat menuju alamat rumah wanita pemilik hatinya. Namun sayang, angan-angan pertemuan indah habis diterpa kenyataan.

   Sam beranjak, meninggalkan Winarti yang tertidur dan tak akan terbangun lagi. Di tubuhnya segaris luka telah memburaikan isi perutnya. Ada yang masih harus  kubereskan, pikir Sam. Semua kenangan dan puisi di kepalanya.

Bandung Barat, 2017 
 

No comments:

Post a Comment