Tuesday 2 January 2018

Cerpen; Melahirkan Anak Lewat Mulut

Melahirkan Anak Lewat Mulut

    Seorang laki-laki tak mungkin bisa melahirkan, bukankah seperti itu kondratnya? Namun bagaimana jika di dunia yang kini mulai gila, dan mendeskriminasi perempuan, kehabisan mahluk ber-rahim itu. Pernahkah kau membayangkannya?

     Seandainya dulu, Tuhan tak menciptakan ibu kita -- Siti Hawa -- apa hal yang akan terjadi? Terbayang seberapa menyakitkannya melahirkan lewat mulut, laki-laki pasti akan lebih menghormati kaum wanita juga pada akhirnya. Dan jika ada teman atau suami yang tak menghargai perempuan, maka suruhlah dia membaca kisah ini.

    Di sebuah kota yang telah dikutuk, karena kecintaannya terhadap sesama laki-laki, di mana perempuan -- baik anak-anak atau dewasa -- dibunuh secara tak berperikemanusiaan, hingga kaum yang lebih condong ke nurani saat mengambil keputusan itu punah, dan lelaki-lelaki gila yang otaknya setengah setelah itu merayakan pesta tentang bersihnya kota mereka dari kaum perempuan. 

   "Betapa indahnya hari ini, telah lama aku menunggu kemerdekaan, kebebasan juga terlepasnya batas-batas yang kini hilang," ucap pemimpin mereka, dalam sebuah pidato.

   Di sepanjang jalan, kaum menjijikan itu melakukan banyak hal yang tak bisa mereka lakukan sebelumnya, meminum  arak, bertelanjang, berteriak hal-hal mesum, juga --maaf-- *berkelamin dengan sesama laki-laki. Mereka telah di luar batas, mereka telah melakukan hal menjijikan di luar nurani.

   Apa hal yang terjadi selanjutnya? Sudah pasti, minggu pertama mereka terus berbahagia, begitu juga minggu minggu selanjutnya. Namun, setelah bertahun-tahun hidup di gelapan, seseorang pasti akan merindukan cahaya. Mereka,  para pelaku bejad itu mulai menyadari, tak akan ada seorang pun dari mereka yang memiliki keturunan dengan kebiasaan seperti ini. Tapi apa yang harus mereka lakukan? Tak ada seorang pun wanita kini di kota itu.

   Penyesalan tak akan membuat seorang laki-laki bisa menjadi wanita. Secanggih apa pun teknologi manusia, tak akan pernah sanggup menandingi kekuasaan Sang Pencipta.

    "Lalu apa yang harus kita lakukan?"

   "Memohon ampun pada-Nya? Bukan kah DIA Maha pemaaf?"

   "Betul, itu yang dulu disebutkan para orang-orang suci. Mari kita kembali, mari kita mengakui segala ketololan diri."

  Mulai sejak itu, semua penduduk bertaubat tanpa terkecuali. Menangis dan mengakui segala kesalahan.

   Tuhan yang Maha Pengasih, akan selalu  memberi kesempatan pada siapapun yang kembali kepada-Nya. Namun, mungkin caranya terkadang tak bisa manusia pahami.

   Beberapa tahun kemudian, setelah mereka memohon ampun setiap hari. Satu lelaki muda di antara mereka merasa mual. Mungkin mulanya dia anggap biasa, namun saat sore hari. Penulis tak sanggup menuliskan hal-hal apa saja yang terjadi, saat lelaki muda itu melahirkan seorang anak lewat mulut. Kalian bayangkan saja bagaimana sakitnya sendiri.

   Setiap lelaki yang di tempat itu, pada akhirnya 'harus' merasakan sakitnya melahirkan lewat mulut. Merasakan kesakitan para perempuan selama ini.

    Ini mungkin hanyalah cerita yang dikarang seseorang beribu-ribu abad sebelumnya, lalu masuk ke telinga penulis. Namun jika seandainya, cerita ini terjadi lagi, apa kalian lelaki yang mencintai sesama lelaki, lelaki yang main tangan pada perempuan, ingin mencoba dahulu melahirkan lewat mulut terlebih dahulu?

Bandung Barat, April, 2017

 

     

5 comments: