Friday 1 February 2019

Cerpen; Teman Khayalan

 Teman Khayalan



   "Percaya atau tidak, tapi itu memang isi ceritanya. Sekarang, terserah kamu, Di!"

    Kenapa gadis itu hari ini? Sejak pagi, dia terus marah. Mungkin saja ada urusan tentang dirinya atau keluarganya yang tidak bisa disampaikan, hingga perasaannya menggumpal di dadanya. Apa boleh buat, aku hanya bisa mendengarkan dia terus menggerutu.

    Padahal, aku belum menanggapi cerita tentang sahabat barunya, Nana. Gadis yang dia ceritakan bermata biru, berkulit putih, cantik, tetapi memiliki penyakit kangker stadium akhir. Keadaannya semakin buruk, karena tak ada seorang pun yang memperdulikannya.

    "Fit, apa kita harus menjenguk sahabatmu itu? Dari masalah yang kudengar, sepertinya dia kesepian. Bisa jadi, kesehatannya makin memburuk karena masalah yang menderanya dan gak ada seseorang yang mau jadi temen curhatnya." Aku menarik nafas, sebelum menambah kalimat terakhir, "Apa kita langsung ke rumah sakitnya aja, ya? Dia pernah curhat gak punya temen, kan?"

    "Jangan! Nana pernah bilang, Ayahnya nyimpen petugas biar dia gak kabur."

    "Jadi kita gak ada harapan buat ngebantu dia?"

    "Kurang lebih."

    "Jadi diem aja?"

    Gadis di depanku diam. Memikirkan hal yang entah apa. Tatapan matanya yang kosong, menatap teh di meja kami.

    "Mau pulang? Nana gak mungkin dateng, kan?" Kini giliran mataku yang mengarah ke setiap sudut cafe, mencari alasan yang pas untuk membawanya pulang.

    Fitri mengangguk, lalu berjalan ke arah parkiran.

  'Kata orang, setiap manusia berhak memiliki kehidupan dengan orang-orang yang dicintainya. Namun, tidak dengan membohongi orang lain dan dirinya sendiri. Aku tahu, Nana hanya tokoh fiksi dalam pikiranmu, Fit. Maaf, perasaan sayang memaksamu untuk mengelabui dirimu sendiri demi secuil perhatian dariku.' Kutatap layar gawainya yang tertinggal, di sana tertulis namaku mengirim sebuah pesan. Pesan yang baru saja kukirim untuk sahabat fiksimu, Nana.

Bandung Barat, 08/04/2018

No comments:

Post a Comment