Thursday 29 August 2019

FlashFiction; Wanita Paruh Baya itu Menjerit

Wanita Paruh Baya itu Menjerit



   "Enak, Bu, dagingnya." Yosi begitu lahap memakan apa yang terhidang di meja makan.

   "Makan yang banyak, Nak," ucap ibunya sambil mengecup rambut gadis itu, lalu duduk berhadapan di ruang makan yang sedikit gelap, langit-langit rumahnya sudah ada yang bolong-bolong dimakan rayap, maklum rumah tua.

   Tak ada lagi percakapan di antara mereka berdua, yang terdengar hanya dentingan suara piring dan sendok beradu.

   Selesai makan, ibu dan anak itu saling berpamitan untuk tidur.

***

   Seperti biasa, kegiatan sang ibu pagi-pagi setelah menyiapkan sarapan, segera masuk hutan, mencari buruan untuk mereka makan. Sedangkan si gadis, membereskan rumah, dan segala perabotannya.

   Rumah mereka terpencil, desa terdekat bisa ditempuh sekitar dua atau tiga jam perjalanan. Itulah sebabnya mereka terbiasa hidup mandiri.

***

   Hari mulai senja, saat wanita yang mulai beruban itu menginjakan kaki di pelataran rumahnya.

   "Bu, bolehkan Yosi mambantu? Bersihin daging hewan buruan yang ibu bawa?" Dari dalam rumah Yosi menyambut kepulangan ibunya.

   Wanita berusia hampir setengah abad itu hanya tersenyum, lalu menggelengkan kepala.

   "Ayolah, Bu," rengek Yosi, "biar nanti kalo sudah punya suami, masakan Yosi bisa seenak masakan ibu."

   "Lain kali saja ya, Nak," bisiknya, "jika ingin membantu, siapkan air panas saja buat ibu mandi nanti," ucapnya sambil mengelap keringat di dahinya.

   Sang gadis dengan muka masam mematuhi perintah sang ibu.

   Wanita itu pun segera mencuci daging di halaman belakang, di sana terdapat bak untuk menampung semua sampah, dia sungguh wanita perkasa.

***

   Malam ini gelapnya langit terasa aneh, begitu mencekam. Seakan ada gemuruh amarah yang terselip di atas awan.

   "Cepat tidur, Nak. Mungkin sebentar lagi badai akan menerjang gubuk kita." 

   Tanpa diperintah lagi sang gadis pun cepat-cepat naik ke kamarnya.

***


   Tengah malam, saat Yosi sedang nyenyak tertidur. Tiba-tiba sepasang tangan mencoba menutup mata Yosi, dia berusaha teriak, namun ada tangan lain menyumpal mulutnya.

    Entah ada berapa pasang tangan yang berada di tubuhnya, empat, lima, atau mungkin sepuluh. Yosi tak tau, yang jelas ada banyak tangan yang meraba, mencubit setiap inci kulitnya, lalu menyeret tubuhnya.
   'Apa yang ingin mereka inginkan dariku,' jerit Yosi di dalam hati.



   Terinspirasi dari sebuah Fiksimini

Seorang Wanita paruh baya menjerit.

Melihat anak gadisnya tergeletak membiru di antara tangan para korbannya.

Bandung Barat, 2016

No comments:

Post a Comment