Friday 14 April 2017

FlashFiction; 'Sial! Aku makin cantik!'

'Sial! Aku makin cantik'


    Pagi ini udara begitu menusuk. Mentari sepertinya masih mengambil jatah cuti dan para awan yang sering menyenandungkan rintik-rintik hujan itu yang menggantikannya.

    Selimut begitu erat memelukku di atas kasur, hendak menepis hawa dingin musim hujan di bulan desember. Ah, kutukan sebagai pekerja yang membuatku terpaksa bangun meski dengan cuaca seperti ini.

    Kubasuh muka dengan air sedingin kutub selatan dari keran. Andai saja tak ada pekerjaan yang menungguku, mungkin aku masih membelai mimpi-mimpi yang tadi hendak mekar.

    Sarapan dengan sepotong roti berbalur selai, serta secangkir coklat hangat. Hening, tak ada ruara apa pun di rumah ini, maklum jomblo akut.

    Menatap jam dinding yang terus saja melangkah tanpa peduli apa pun atau siapa pun. Menunjuk-nunjuk angka dengan pasti, seolah menyindirku yang masih ragu mengambil keputusan tentang menerima takdir, atau membencinya.

    'Jam 9? Telat sudah!' terpikir bagaimana kepala kantor yang akan membesar lalu memaki, 'Nasib ... nasib ...."

    Melangkah menuju kamar, membuka pintunya lalu mengambil beberapa kosmetik sebagai penambal kekurangan wajahku. Kutatap cermin sebentar, berasa aneh dengan wajahku sendiri.

    "Sial! Aku menjadi lebih cantik!" menggerutu aku atas bayanganku sendiri di balik cermin. Melangkah keluar dengan berbagai pemikiran yang berkecamuk, "Tubuh baru lagi?" ratapku.



Fm
SIAL! AKU MAKIN CANTIK- "Tubuh baru lagi?" gerutuku kesal.

No comments:

Post a Comment