Friday 21 April 2017

FlashFiction; Usai Kutembak

Usai Kutembak



    "Kita bukan pelangi yang hanya melukiskan kenangan, ingat? Kita adalah sepasang kertas dan pena yang akan selalu menuliskan cerita," tangan wanita di depannya digenggam, dengan harapan itu dapat mencairkan suasana yang sedari tadi membeku, tapi wanita di depannya tetap diam.

    "Aku mohon jawabanmu, Cut. Sepatah atau dua patah kata. Jika kamu diam, batu pun diam. Tapi aku tak suka batu, yang aku suka cuman kamu."

    Masih saja hening itu melatar belakangi keadaan mereka berdua.

    Lelaki itu terus menatap wanita di depannya, dengan harapan ada jawaban atau apa pun yang menunjukan bahwa cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

    Namun tetap saja, tak ada sepatah kata pun yang bisa didengar. Langit mulai menghitam lelaki itu mulai jengah, atas pupusnya harapan.

    "Jika tak ada cinta untukku, baiklah aku akan pergi selamanya dari kamu." Dia pun memeluknya.

    "Hah? Basah?" ditatapnya lengan yang berlumuran darah.


Rahmat Hidayat >> FIKSIMINI KITA
    USAI KUTEMBAK - Aku terus menunggu jawabanya dengan cemas. Gebetanku masih saja membisu, dengan luka di dadanya.


#Ar_rha

No comments:

Post a Comment