Saturday 28 October 2017

Prosais; Kepada Puisi

Kepada Puisi


   Kepada puisi, yang kutemukan di antara kelopak bunga mawar senja itu, cantiknya seperti melati, tubuhnya seharum kasturi,yang tatap matanya memancarkan harapan, bahwa kebersamaan akan menjadi sebuah kenyataan.

   Aku mencoba merangkai sajak dari kata-kata yang terjatuh dari mata, rambut, senyum juga tawa dan sedihmu. Menebarnya pada selembar daun yang masih basah dibilas gerimis malam tadi.

   Bila kau jadi bintang, biarkan aku menjadi semesta yang selalu memelukmu dengan setia.

   Kepada Puisi, yang tak lain adalah kamu.
Bandung Barat, 26/07/2017

Barisan Awan yang Riak Siang itu



   Setetes air turun, dari pelupuk mata yang telah lama menjadi gurun. Ada yang luka kala itu, saat kutatap kau dan dia tengah bersanding mesra dengan duka yang tak bisa kukata.

   Dua, tiga, empat bulir melewati wajah, membasahi dada yang resah. Seperti lukisan yang disimpan di bawah hujan, musnah.

   Lalu gemuruh di luar gedung pelaminan, mencuri perhatianmu yang tengah tertawa dengannya. "Mungkin Tuhan hendak menceritakan kesedihanku yang mungkin saja tak pernah usai."

   Dan barisan awan mulai mengumandangkan mendung, mengeluarkan cinta yang jatuh pada tempat yang salah.

   "Tapi yang menggenang hanya jalan, kan?"

   "Tidak, dada ini pun penuh kenangan," ucapku di bawah awan yang riak di pelaminanmu.

Bandung Barat, 27/07/2017

No comments:

Post a Comment