Kepada Puisi
Kepada puisi, yang kutemukan di antara kelopak bunga mawar senja itu,
cantiknya seperti melati, tubuhnya seharum kasturi,yang tatap matanya
memancarkan harapan, bahwa kebersamaan akan menjadi sebuah kenyataan.
Aku mencoba merangkai sajak dari kata-kata yang terjatuh dari mata,
rambut, senyum juga tawa dan sedihmu. Menebarnya pada selembar daun yang
masih basah dibilas gerimis malam tadi.
Bila kau jadi bintang, biarkan aku menjadi semesta yang selalu memelukmu dengan setia.
Kepada Puisi, yang tak lain adalah kamu.
Bandung Barat, 26/07/2017
Barisan Awan yang Riak Siang itu
Setetes air turun, dari pelupuk mata yang telah lama menjadi gurun. Ada
yang luka kala itu, saat kutatap kau dan dia tengah bersanding mesra
dengan duka yang tak bisa kukata.
Dua, tiga, empat bulir melewati wajah, membasahi dada yang resah. Seperti lukisan yang disimpan di bawah hujan, musnah.
Lalu gemuruh di luar gedung pelaminan, mencuri perhatianmu yang tengah
tertawa dengannya. "Mungkin Tuhan hendak menceritakan kesedihanku yang
mungkin saja tak pernah usai."
Dan barisan awan mulai mengumandangkan mendung, mengeluarkan cinta yang jatuh pada tempat yang salah.
"Tapi yang menggenang hanya jalan, kan?"
"Tidak, dada ini pun penuh kenangan," ucapku di bawah awan yang riak di pelaminanmu.
Bandung Barat, 27/07/2017
No comments:
Post a Comment