Saturday 25 August 2018

Puisi; Ketika kau lautan, dan aku hanya bisa menatapmu di tepian

Debur ombak yang senantiasa bergulung itu tak henti-hentinya menjelaskan padaku, agar tak mencintaimu

Sama halnya dengan keangkuhan camar, seiring kepak sayapnya meninggalkanku
Atau lautan dalam, yang airnya terlihat tenang, yang suaranya tak terdengar bahkan dalam kesendirian

Karang. Seberapa kuat dia bertahan, pada akhirnya akan hancur oleh sapuan waktu.
Langit berkaca pada laut

aku berkaca pada takdir
sesosok keinginan menjadi tanda tanya
"Inikah yang orang-orang katakan berbeda?"
Seorang pemabuk mendesah parau

di atas pasir putih
di atas segala ketidakmungkinan
sebagai apa yang menjadikannya sakau


08/2018

Note; Sumber gambar tertera

No comments:

Post a Comment