Saturday 25 August 2018

Puisi; Api Kecil, Anjing dan Negeri

Negeri Ini

Negeri ini adalah rumah
Yang di isi suku-suku ramah
Yang rukun
Yang damai dalam keanekaragaman

Senja di Negeri ini adalah emas
Dipanen penyair setiap hari

Pondasinya tulang belulang
perekatnya darah pahlawan

Tapi sesekali, kudengar ibu merintih
Anaknya di kota kebanjiran
Anaknya di timur kelaparan
Anaknya di barat terlibat perselisihan

Kemana hendak melaju
Jika masih terjadi perang antar suku
Kemana kaki hendak melangkah
Jika orang-orang sudah tak ramah

23/07/2018

Anjing!

Tulang belulang di atas tanah
diselimuti debu, beberapa rengkah dan hancur
sebagian digigit anjing
untuk jimat anti penangkapan
"Kami anak pahlawan!"
gonggongnya nyaring di televisi

Tulang belulang yang berserak
membisu di dalam tanah
sejarah menguburnya
tanpa nama, tanpa penghormatan

Padahal dia sama berjuang
demi kau!
demi anakmu!
demi cucumu!
yang ongkang-ongkang kaki korupsi
yang setiap hari berbusa menebar janji
cuih! Gigi taringmu terlihat ngeri

Tulang belulang pahlawan
yang jadi pondasi kemerdekaan negeri
yang darahnya jadi perekat
hingga negeri ini, berdiri di atas kaki sendiri

Tapi lihat di sana!
si anjing malah mencuri
lalu menjilat kaki tuannya

Api Kecil Milik Kita

"Bakar!  Akar saja api kecil itu!"
"Dia pasti akan memancing keributan!"
"Bakar! Bakar hingga jadi abu!
 Biar dia habis, diterbangkan angin lalu!"

Kau tak seharusnya meminum
Sebotol anggur -- hingga mabuk
Agar kau dapat menyelaminya

Seperti luka
Semakin dikorek, semakin menganga
Diungkap makin kentara
Maka beruntunglah si bisu yang hanya bisa menangis
Saat yang lain berteriak sinis

Dan pembawa air di mulutnya kau sebut munafik?
Lalu, hendak ke mana kita pergi?
Jika semua tempat telah menjadi arang dan abu?

Akal pemberian Tuhan itu lautan luas
Yang tenang, yang damai
Yang merenung dalam
Bermusyawarahlah -- bermufakat dengan bumi dan langit
Orang tua si api kecil, yang di pundaknya bertahta keadilan
Agar tak ada lagi cerita naas

Bandung Barat, 2017

No comments:

Post a Comment