Wednesday 15 August 2018

Prosais; Siapa Tahu

Suatu saat nanti. Saat saya dan kamu sudah mengerti apa arti kehidupan, mungkin, cinta yang rumit ini akan kita tertawakan. Meskipun, kita berdua saat ini benar-benar terpuruk, berharap ini semua hanya mimpi buruk, masalahnya pecah hingga bubuk.

Belajar memahami kedua sisi memang tak mudah, tapi keputusan menyerah adalah pilihan terakhir yang kita anggap paling mutakhir. Belajar untuk tidak egois, kita berbagi kepahitan sama rata, mencecapnya dengan tawa, berusaha tak mengutarakan rasa kecewa. Kita melepas, seolah itu adalah hal biasa. Meskipun, kedalaman laut bisa ditakar, berbeda dengan cinta yang telah mengakar.

Baiklah-baiklah. Jangan sampai tulisan ini bermuatan kesedihan. Aku berusaha membuat tulisan ini sedatar mungkin, menjauhkan banyak kata ingin. Agar mereka yang membacanya kelak, tak mengungkit-ungkit pesan ini yang kalah telak.

Kau pernah berharap ditanya soal alasan kepergianmu. Kau pernah berharap ditanya soal kenapa keputusan perpisahan diambil.

Sebab, aku sudah mengetahuinya. Benda yang paling kau benci, adalah benda yang paling sering kusentuh. Tak perlu lagi ada pertanyaan seperti itu, matamu menjelaskannya.

Kita berusaha berproses, dan itu masih kurang untuk membantu kita membeli apa yang ingin kita miliki.

Suatu saat nanti, mungkin saja tanganmu mencubit pipi seseorang, dan aku pun memeluk tubuh yang bukan kamu. Siapa tahu.

Benar, siapa tahu.

Bandung Barat, 06/08/2018

Note; Sumber gambar tertera

No comments:

Post a Comment