Lelaki yang menghitung luka-lukanya di balik meja
Di bawah meja, lelaki itu kerap
menghitung luka-lukanya. Tak pernah ada seorang pun yang tahu. Tak ada seorang
pun yang peduli. Lelaki itu terlalu pendiam untuk bercerita pada seseorang,
atau dia tak ingin membagi kesedihannya pada siapa pun.
“Bisakah kita mengulangnya dari awal,
Kak? Kamu bukan lelaki pendendam, kan?”
“Pernah gak, kamu ingin melupakan
seseorang tapi gagal. Ingin membumi hanguskan kenangan, tapi pikiranmu gagal
melakukannya. Ingin pergi, tapi malah tinggal. Jawabannya kurang lebih sama
seperti itu.”
“Masa bodo! Aku gak peduli.” Gadis
bermata coklat itu malah pergi sambil menggerutu. Sial bagi si lelaki. Gadisnya
memang type yang tak pernah ingin peduli.
Lelaki malang itu kembali menghitung
luka. Lukanya yang lain, luka yang didapatkannya dari masa lalu. Masa di
mana waktu adalah lautan yang setiap saat bisa dijelajahi.
“Jadi ini artinya selamat tidur, mimpi
indah? Selamat untuk kalian berdua. Sya, anggap ini terakhir kita berbincang.
Semoga bersamanya kamu bisa bahagia. Selamat tinggal!”
“Tunggu, Raf! Aku mohon!” Sya berlari
mengejar lelaki malang kita, dan berhasil
menghentikan langkahnya.
“Aku sama dia cuman ...,”
“Temen, yang jalan berduaan
malam-malam. Fine Sya. Fine!” dipotongnya kalimat yang belum selesai. Sya,
gadis yang dikenal lelaki malang kita saat SMA itu menangis bersimpuh di kaki
Raf.
“Aku tahu aku salah, tapi please ada
penjelasan yang perlu kamu denger.”
“Udahlah, kalian emang serasi. Yang satu cantik, yang satu gagah plus ganteng pula. Jangan pikirin perasaan, Raf. Sebelumnya juga emang gitu, kan? Bro, sini Lu! Jagain Sya baik-baik. Cewe ini milik Lu sekarang.”
“Gue bisa jelasin semuanya, Men. Ini
cuman salah paham.”
“Basi!”
Kali ini tak ada yang bisa
menghentikan Raf. Lelaki malang itu kini kembali tersadar, bahwa dia sedang
berada di bawah meja. Mengingat lagi lukanya. Mengingat lagi setiap kepahitan
yang pernah dia jalani karena cinta.
Lelaki yang malang, yang menghitung
luka-lukanya di bawah meja. Berharap tak ada seorang pun yang mendengarnya.
Berharap orang lain tak pernah mengetahuinya. Namun, di lain waktu. Dia akan
kembali berjongkok di bawah meja, sambil menghitung luka-lukanya.
Google+ |
Bandung Barat, 12/10/2018
Sumber gambar; google+
No comments:
Post a Comment