Tuesday 23 October 2018

Dwigrafik; Rahasia Semesta



Ini Pagi ke Berapa?


Seorang pemuda tersesat di sebuah hutan. Seberapa keras dia berusaha keluar, hasilnya tetap sama. Dia tak bisa kembali. Pepohonan yang rimbun dan semak-semak yang menutupi pandangan. Sumber air sulit dan makanan di dalam tasnya semakin sedikit. Situasi yang sulit untuk di laluinya sendiri.

Setiap beberapa kilo meter dia berjalan, dicarinya sumber penghidupan. Buah, pucuk pohon atau apa saja yang dia anggap tak beracun. Tertidur di bawah bivak seadanya, ditemani api unggun kecil sekadar untuk tetap menghangatkan diri.  Hingga di suatu titik. Di dalam hati kecil dia bertanya ‘ini pagi ke berapa?’. Padahal, di tempat itu waktu tidak berfungsi sama sekali.



 



Gadis Kesepian


Dia kesepian. Menggores tanah berdebu dengan ranting-ranting pohon yang patah. Sedangkan di sebelahnya, banyak sekali manusia yang hilir mudik ke sana ke mari. Tertawa, berbincang, atau sesekali menghela napas dengan berat. Bangku taman ini selalu menjadi tempat favorit si gadis, tak peduli pada apapun.

Dia semakin merasa kesepian, setelah sekian lama tak ada yang mengajaknya bicara. Gadis itu kini berpikir untuk mencari teman. Tak peduli jika dia harus membunuh satu atau dua barang kali. Baginya, kematian tak terlalu buruk, asal tak kesepian.


Pada Akhirnya, Kata-kata Akan Kembali pada Pemiliknya


Seorang pemuda menyumpahi takdirnya. Menganjingkan dirinya sendiri, menganjingkan kelemahannya sendiri, menganjingkan lingkungannya sendiri. Hingga pagi ini, dia ditemukan mati mengenaskan. Di tubuhnya, tak ada sedikit pun tulang yang melekat.

 Mungkin saja, anjing-anjing yang selama ini dilepaskan dari mulutnya, menerkamnya tadi malam.

Agustus, 2018

No comments:

Post a Comment