Saturday 12 October 2019

Cerpen; Menulis Sunyi Pada Selembar Malam

 Menulis Sunyi Pada Selembar Malam




   Ani menatap lekat selembar malam di mejanya. Mengira-ngira siapa yang mengirimnya. Mencari-cari nama atau apa pun yang dapat menunjukan identitas sang pengirim. Namun, seberapa keras dia berusaha, hasilnya tetap sma. Nihil.

   "Kenapa ngelamun? Kurang sehat, An?" Ladri menyimpan gelas kopi di meja. Sapaan itu telah membuyarkan pikirannya.

   "Enggak, Dri. Ini loh, ada yang nyimpen map di mejaku. Pas aku buka, isinya selembar malam. Anehkan?"

   "Selembar malam? Wah, mabok apaan nyampe bisa menghayal kaya gitu. Gak nyangka Gue, An. Lo kaya gitu."

   Diserahkannya selembar malam itu ke tangan Landri. Dengan terpesona lelaki itu menerimanya. Tangannya tak berhenti bergetar. Gugup.

   "Ini asli, An?"

   "Kamu kira?"

   Kami berdua terdiam. Hanya sunyi yang melattar belakangi tempat ini. Tak ada yang lainnya.

***

   Malam selalu bersandar pada gelap. Memelukmu dalam pekat. Dilahapnya apa pun. Bahkan bintang-bintang hanya mampu berkelip. Bulan mungkin bisa bersinar, tapi cahayanya redup. Seorang laki-laki dengan wajah lesu, menatap langit sayu. Pikirannya terbang meninggalkan tubuhnya.

   Sunyi menjadi bisa. Menguap, menyembunyikan suara-suara burung hantu di depan telinganya. 

   'Melupakanmu aku tak bisa, memilikimu mustahil adanya. Terlalu pengecut. Terlalu penakut. Pilu ini mengikat, mengakar hingga menjerat. Dasar tolol! Sudah tahu sakit jika melihatnya saja, tapi tak mau mengungkapkan apa yang dirasa. Setiap hari selalu berada di dekatnya, tapi hatinya tak mampu  kusentuh barang sehasta. Sial!

   Aku takut menyatakan, karena takut kehilangan. Mungkin, hanya lewat selembar malam, aku berani menyatakan. Agar kata-kata cinta yang kutulis tak bisa dibacanya. Benar, hanya lewat selembar malam yang sunyi. Aku bisa menulis segalanya, dan dia tak pernah bisa membaca apa yang tertera.

   Tak ada yang akan tersisa, Tak akan ada yang bisa dia rasa adanya. Semua guratnya akan hilang begitu saja.

***

   "Dri, yang lain belum pada dateng?"

   Belum kayanya, ini masih pagi banget kali."

   Tatap mata Ani lalu berubah penuh curiga.

Bandung Barat, 02/11/2018

No comments:

Post a Comment