Friday 27 December 2019

Kumpulan Puisi; Harapan (dan) Mati


Foto Ibu


Aku hendak menganyam mimpi
memungut benang-benang
hamparan harapan
yang hilang
di desa ini

Merantau, melewati pulau-pulau
jauh dari ayah, ibu bahkan masa kecil
juga kisah-kisah
tentang hidup yang kerdil

Malam kerap membelai rindu
merangkai debu-debu
waktu
jadi lagu bisu
diputar ruang-ruang kelabu
sudut pilu

Tapi kupandang lagi potret ibu
senyumnya menambal
semangat retak

Aku harus kuat!
lukaku berjumlah sekerat
berbeda dengan yang robek di dada ibu
saat dicaci waktu, diteriaki "Bangsat!"

Saat kesedihan, melanda
kupandangi foto ibu
di daun pintu

Bandung Barat, 31/07/2017

Kenang kunang-kunang


Hidup mendoakan yang mati
karena hidup untuk mati
mati yang mati
Dik Marti

Suatu saat kita akan dikenang
dikenang kunang-kunang
sebelum hilang
dan tenang

Luka akan kering
waktu memburu
napas terempas
raga tinggal tulang belaka

Maka dari itu, Dik Marti
sebelum kita mati
kita contoh kunang-kunang
meski sinarnya tak terang
masih bisa menjadi petunjuk
orang sesat dan terkutuk

Bandung Barat, 14/08/2017

Dilahap Gelap


Gelap makin pekat
melahap keyakinan yang sekarat
di mana lentera?
netra buta
sedangkan doa tak satu pun kubisa

Gelap terus mengunyah
diri makin lemah
Ingin kuhabisi gelap, tapi dengan apa?

Detak jantung berhenti
meski diri tak mau mati
di dalam kubur sendiri
tak ada listrik, juga kamar mandi
sangat ngeri

"Doa itu lentera bagi hati yang kelam, Nak Hendra"
"Tapi sekarang sudah terlambat Mak Suha"
nasi telah menjadi bubur
badan terlanjur di dalam kubur

Gelap makin pekat
dua malaikat mulai mendekat
"Dasar laknat!"

Bandung Barat, 28/08/2017

No comments:

Post a Comment