Friday 24 January 2020

Kumpulan Puisi; Rumah Terakhir


Kepada Puisi

; Kukira Rumah Terakhir


Aku ingin
jadi senja
mengukir ribuan kenang
pada ruang waktu
dan diam dalam keabadian
di kepalamu

Adalah angan
menjadi dasar ingin
sebagai tapak-tapak
perjalanan panjang
di atas daun-daun gugur

Melewati hamparan
harapan
tak peduli berapa jauh
tak peduli berapa rapuh
aku bergerak
menuju sungguh
dan tangguh

Doa-doaku gagal mengikat
kau lepas dari jerat
ditinggalkan saat sekarat
tak selamat

Kita seumpama
laut dan langit
kita seumpama
Api dan lumut

Kita membiarkan kata-kata
tergeletak; membiru
dan akhir cerita
menjadi pilu

Mencoba memahami takdir
meski sama-sama tau
bayangan masa lalu 
yang mana
akan selalu hadir

Bandung Barat,23/11/2019

Hilang

Waktu menjauh
menatap mata tangguh
yang perlahan pergi
basahi ruang-ruang
di pipi


Sebab ia matahari
di kehidupan gelap
menerangi gang-gang
jalang

Meski terkadang
wajahnya jadi awan
hitam; tak terbantahkan
dan aku anak kecil
yang tertawa menunggu hujan

Kini, ketika ia hilang
dan tubuhnya tak masuk bilangan
pelukan

Bandung Barat, 17/03/2013
ia menjelma sungai
di kepalaku
setiap kali aku ingat
ia mengalir
lewat sela-sela mataku
Bandung Barat. 25/11/2019

Jalan Diam




Ada jejak tawa
menggema
menertawakan
kita yang bisu
kita yang terbujur kaku
di lorong waktu

kita lelah melangkah
dan memilih jalan diam
pada kesempatan-kesempatan
terbantahkan

Aku menatap jalanmu
berharap kembali
dan kita melangkah
bersama lagi

Anganku hanya bunga
gugur, berharap
dijadikan lebih berharga
Bandung Barat. 2017


No comments:

Post a Comment