Kepada Puisi
; Kukira Rumah Terakhir
Aku ingin
jadi senja
mengukir ribuan kenang
pada ruang waktu
dan diam dalam keabadian
di kepalamu
Adalah angan
menjadi dasar ingin
sebagai tapak-tapak
perjalanan panjang
di atas daun-daun gugur
Melewati hamparan
harapan
tak peduli berapa jauh
tak peduli berapa rapuh
aku bergerak
menuju sungguh
dan tangguh
Doa-doaku gagal mengikat
kau lepas dari jerat
ditinggalkan saat sekarat
tak selamat
Kita seumpama
laut dan langit
kita seumpama
Api dan lumut
Kita membiarkan kata-kata
tergeletak; membiru
dan akhir cerita
menjadi pilu
Mencoba memahami takdir
meski sama-sama tau
bayangan masa lalu
yang mana
akan selalu hadir
Bandung Barat,23/11/2019
Hilang
Waktu menjauhmenatap mata tangguh
yang perlahan pergi
basahi ruang-ruang
di pipi
Sebab ia matahari
di kehidupan gelap
menerangi gang-gang
jalang
Meski terkadang
wajahnya jadi awan
hitam; tak terbantahkan
dan aku anak kecil
yang tertawa menunggu hujan
Kini, ketika ia hilang
dan tubuhnya tak masuk bilangan
pelukan
di kepalaku
setiap kali aku ingat
ia mengalir
lewat sela-sela mataku
di kehidupan gelap
menerangi gang-gang
jalang
Meski terkadang
wajahnya jadi awan
hitam; tak terbantahkan
dan aku anak kecil
yang tertawa menunggu hujan
Kini, ketika ia hilang
dan tubuhnya tak masuk bilangan
pelukan
Bandung Barat, 17/03/2013
ia menjelma sungaidi kepalaku
setiap kali aku ingat
ia mengalir
lewat sela-sela mataku
Bandung Barat. 25/11/2019
Jalan Diam
Ada jejak tawa
menggema
menertawakan
kita yang bisu
kita yang terbujur kaku
di lorong waktu
kita lelah melangkah
dan memilih jalan diam
pada kesempatan-kesempatan
terbantahkan
Aku menatap jalanmu
berharap kembali
dan kita melangkah
bersama lagi
Anganku hanya bunga
gugur, berharap
dijadikan lebih berharga
Bandung Barat. 2017
No comments:
Post a Comment