Cara Rindu Bekerja
Aku mencoba mengerti perihal
cara rindu bekerja. Ia terkadang menjadi seorang psiko, yang bisa memotong
perasaan dengan tenang, lalu mengirisnya tipis-tipis. Agar aku yang
merindukanmu habis. Sudah tabiat rindu itu sadis, kekasih, jadi jangan segan
meneteskan air mata padanya.
Aku mencoba mengerti, bagaimana
mungkin waktu yang kulalui tanpamu beranak-pinak. Aku harus menghabiskan tiga
sampai empat kali lipatnya. Mungkinkah, itu cara pandang waktu pada rindu? Atau
hanya perasaanku? Entahlah ....
Aku mencoba memahami, setiap
tindakan atasmu yang katanya berdasarkan perasaan. Seperti hilang dan sulit
dilupakan, atau datang saat membutuhkan. Kupikir, aku sudah tak peduli tentang
arti hadirmu, jadi biarkan aku pergi saja saat kau benar-benar ingin memiliki.
Bukan pendendam, hanya saja, ini
caraku menenangkan perasaan yang pernah terombang-ambing, diacuhkan. Aku ingin,
kamu lebih menghargai siapapun yang saat ini di samping dan menguatkan. Peluk
ia sekeras yang kamu bisa, dengan cinta tentu saja.
Dan aku masih mempelajari, cara
rindu bekerja, di sini.
Agustus, 2019
Aku meraba-raba dada sendiri. Tak
ada yang salah, tak ada yang berubah. Namun, kenapa setiap kali mengingatmu,
sesak tumbuh dan aku jadi orang paling rapuh. Aku tak begitu mengerti bagaimana
kata rindu bisa begitu memuakkan.
Setiapa kali kurasakan rindu,
ratusan wajahmu berguguran di langit-langit pikiran. Ada sebuah keresahan yang
janggal, seperti meminta tumbal air mata.
Api unggun, kopi, dan sebatang
kretek menemani pertemuanku dengan tanah Tangkuban Perahu sendirian. Aku
melangsungkan perbincangan dengan sepi begitu khidmat. Sepi menjadi langit
malam dan senyummu menghiasinya seperti bintang-bintang. Menerangi semangat
hidupku yang pernah redup.
Enggan kuakui, tapi aku masih
mencintaimu.
Di langit, bintang-bintang tengah
mencari tempat dan membentuk sebuah rasi. Kamu pernah menjelaskan namanya,
hanya yang menempel di kepalaku adalah semua tentangmu. Kamu lebih mempesona
dari nama mereka, kekasih.
2019
Pict; Cara Rindu Bekerja |
Saat Kamu Cemburu
Kau terlalu berlebihan menyikapi semua ini, kekasih.
Ada derak yang terdengar serak, ketika suaramu menembus langit-langit kamarku. Kita tak seperti mereka yang bebas mengucap dan merasa. Kita terjebak pada situasi sulit yang kita ciptakan sendiri. Aku tahu, langit mendung kotamu tersebab cemburu. Namun, kamu juga harus tahu bahwa hujan tak mungkin bisa aku curahkan.
Kau terlalu berlebihan menyikapi semua ini, Kekasih.
Ada sekat tak terlihat yang menghalangi kita. Sejauh apa aku berusaha menggapaimu, pada akhirnya hanya kandas saja yang akan tercipta. Aku baingan memang, menambahkan bubuk kopi pada gelas air putih yang hendak kamu suguhkan. Aku takut kehilangan, tetapi lebih takut menghancurkan hubungan yang telah lama kamu pintal lama.
Tidur yang lelap malam ini. Terbangunlah nanti ketika matahari sudah bersiap pergi dan langit tak segelap kopi hitam yang sedang kusesap ini.
Aku sangat mencintaimu, meski hanya kita saja yang tahu.
Bandung Barat, 22/03/2020
No comments:
Post a Comment