Monday 29 June 2020

Cerpen : Penguasa Lautan

#NAD_30HariMenulis2020
#Hari_ke_26
#NomorAbsen_302
Jumkat : 659 kata


Penguasa Lautan


    Musim panas seperti ini selalu memuakkan bagi lelaki tua itu. Angin yang membawa aroma garam masuk ke dalam rumah, pantai yang penuh sesak oleh para pelancong, dan bau keringat yang menyengat dari tubuh mereka. Orang-orang yang asyik berlibur itu selalu datang membawa kepenatan kota ke dalam kepalanya, lalu membuangnya begitu saja ke laut. Sedangkan, ombak sering menghempaskannya kembali, menyebabkan banyak sekali kepenatan-kepenatan berceceran di atas pasir pantai, menggunung, dan jadi sampah yang sulit untuk terurai.

    Santiago menyisir rambutnya yang memutih dimakan usia rapih kebelakang, kemudian memperhatikan pahatan-pahatan waktu pada kulitnya yang kini telah serupa kulit jeruk. Bergaris-garis tak beraturan. Sambil bersiul, ia membayangkan masa lalunya saat berhasil mengalahkan seekor monster lautan dan membawanya ke daratan. Meskipun, hanya tulang belulangnya saja yang tersisa.

    Alina sedari tadi telah menunggu di ruang makan. Gadis itu telah menyiapkan makanan di atas meja sebagai sarapan. Matanya sesekali mengintip ke arah kamar, memperhatikan cahaya senja yang tergantung di kamarnya.

    “Yang biasanya lama di depan cermin itu perempuan, Ayah. Bukan laki-laki.”

    “Setiap orang berhak mendapatkan waktu untuk dirinya sendiri, Sayang.”

    “Terserahlah. Tapi jangan terlalu sibuk memikirkan hal yang telah berlalu, ikan monster yang telah kau tangkap itu hanya tinggal tulang saat berhasil kau bawa ke daratan. Tak ada yang mau membelinya sama sekali.”

    “Lalu apa artinya senja di kamarmu? Setiap orang punya kebanggaan, Sayang.”

    “Baiklah, aku kalah. Mari makan.”

    Lelaki tua itu keluar dari kamarnya dan berjalan menuju meja makan. Ia lalu berdoa pada Tuhan agar mendapatkan keberkahan dari makanan yang terhidang ini. Selepas kata amin, tak ada lagi kata dan suara, yang ada hanya denting piring dan sendok yang sesekali beradu, itu pun pelan. Sangat pelan. Bahkan kalah oleh suara kesiur angin di luar.

    Ketika lelaki tua itu mencuci mulut, terdengar suara pintu diketuk, juga teriakan orang-orang panik. Alina dan lelaki tua itu saling menatap. Mencoba menekuri apa yang terjadi dengan orang-orang itu, tetapi mereka tak tahu. Alina segera masuk ke kamarnya dengan panik, lalu menyembunyikan senja yang dicuri kekasihnya. Sedangkan Santiago mengambil alat pancingnya, mungkin, ada ikan monster lagi yang perlu ia taklukan.

    “Maaf mengganggu sarapan Anda, Pak Tua. Tapi ada keadaan yang benar-benar gawat.”

    Kata-kata seperti itulah yang menyambutnya, sesaat setelah membuka pintu. Dengan matanya yang masih tajam, ia menyisir wajah-wajah di hadapannya. Semua terlihat panik dan ketakutan.

    “Ada apa memang?”

    “Para perompak berdatangan. Mereka menyebut-nyebut Gol D. Roger. Seseorang yang mengaku telah menjadi raja bajak laut, dan telah melewati seluruh wilayah lautan. Mereka memang belum menyakiti siapa pun, tetapi tuntutan mereka sangat berlebihan.”

    “Baiklah. Mari kita berangkat ke sana.”

    Dipimpin lelaki tua itu, orang-orang berduyun-duyun pergi ke arah pantai. Dalam benak mereka hanya satu, semoga lelaki tua itu bisa mengalahkan ketua perompak, dan membuat mereka lari terbirit-birit.

***

    Kedua lelaki tua itu berjabat, memegang erat-erat lengan lawannya. Namun, tak seperti yang diperkirakan sebelumnya, mereka terlihat sangat akrab. Tak ada tatapan saling memburu atau ketegangan lain di wajah mereka. Roger tertawa dengan nada yang khas, sedangkan Santiago tersenyum kaku.


Photo by ArtHouse Studio from Pexels


    “Sepertinya aku salah memilih tempat pesta. Maaf sekali, Pak Tua, mengganggu istirahatmu yang seharusnya damai dan tenang.”

    “Jangan berlelucon, Roger. Aku sudah tahu kesehatanmu lebih buruk daripada diriku. Tentu saja kau bebas melangsungkan pesta perpisahan dengan para krumu. Tetapi orang-orang di sini keberatan atas permintaanmu.”

    “Kami akan membayar dengan emas, Pak Tua.”

    “Tapi kami harus menyiapkan minuman-minuman itu untuk musim dingin. Sekali lagi aku tekankan, orang-orang itu keberatan.”

    “Bagaimana jika kita tentukan saja dengan mengalahkan ikan-ikan monster yang berada di perairan ini.”

    “Jika itu maumu, aku tak pernah keberatan.”

    Orang-orang mulai menyiapkan sampan dan alat memancing untuk mereka berdua hingga senja. Hampir semua terlihat bersuka cita, kecuali beberapa orang yang sadar betul bahwa kedua lelaki tua itu kesehatannya sudah tak sebaik dulu. Namun, melarang mereka melaut bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan.

    Semua orang melepas kepergian Roger dan Santiago. Mereka begadang sepanjang malam menunggu keduanya kembali. Berpesta.

    Alina mengendap-endap keluar dari rumah, dengan sesuatu yang bersinar dari dalam tasnya. Berharap tak ada yang melihat kepergiannya. Namun, tanpa gadis itu sadari, seseorang bertubuh kecil memperhatikannya. Detektif itu harus menemukan dalang dari hilangnya senja yang asli dari dunia.


Bandung Barat, 26/06/2020


Catatan kaki :
Santiago (Tokoh utama dalam Novel Lelaki Tua dan Laut Ernest Hemingwey)
Alina (Tokoh dalam cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku Seno Gumira Ajidarma)
Gol D. Roger (Tokoh dalam serial anime dan manga One Piace Eiichiro Oda)

1 comment:

  1. What is a make money? - WorkMaker Money
    This allows you to earn bet365 cash from various betting options on หารายได้เสริม a horse 바카라 사이트 race. It's 토토 사이트 홍보 a good way to earn money without 바카라 시스템 배팅 needing to put a bet.

    ReplyDelete