Depresi
1//
Cahaya matahari lesap
dan pikiranmu jadi anjing liar.
Mengejar ekormu sendiri
Memuntahkan sisa-sisa kehidupan
menolak masuk makanan, udara, pikiran bersih
juga segala kebutuhan. Sebab bagimu
masa depan adalah malam
; ruang gelap penyekapan
2// Sebelumnya, kaukerap menyimpan masalah
ke dalam mimpi,
hingga saat kau terbangun
ceria tumbuh di
wajahmu
Mimpimu jadi tempat
pelarian setiap masalah
dan kau merasa
beruntung karenanya
Namun, di satu waktu
ketika mimpi yang kau miliki
sudah terlalu kenyang dengan masalah
kau tak ingin tertidur
Masalah ingin melahapmu, seperti
anjing
lapar menemukan
daging
di pemakaman
Menyelami Malam
Aku yang tinggal
separuh ini ingin menyelami malam
agar
mengetahui segala hal
yang
hidup dan berkembang di dalamnya
aku
bosan hanya duduk di tepian
menerka-nerka
seberapa dalam
mungkin, sedalam palung mariana?
atau sedalam perasaan ini padamu, kekasih?
Bulan
terapung-apung
mirip
pelampung
dan bintang-bintang begitu gesit berenang
takut ditangkapi anak-anak nelayan
yang berusaha mewujudkan mimpi
Khayalku melayang tinggi
khayalku
tinggi lagi
membayangkanmu, Kekasih
Kesadaranku tinggal setengah
sisanya kausekap dalam amarah
di tubuhmu. Tak ingin kembali
Aku
ingin menyelami malam
namun takut
tak bisa kembali
menepi, di bibir pagi
sebab air tenang malam
sering kali menenggelamkan
--
orang-orang sering membuang masalah mereka dalam arusnya--
Jika seandainya nanti aku tenggelam
ke dasar malam
aku
mohon, kau mau memberikan lagi
sepotong
kesadaran yang kumiliki
agar
aku tak tidak mati mengenaskan dan
jadi separuh rasa yang penasaran
Khayalku
tinggi lagi
khayalku
tinggi lagi
menyebut
namamu bolak-balik
seperti roda yang diputar terbalik
Bandung Barat, 20/02/2020
Biji Mata dalam Cangkir Kopi
Senja jatuh, jadi lahan kosong
-- tak ada tanaman yang ingin tumbuh
di sana. Petani-petani mati kelaparan --
dan kau sering kali mengutuk
"Tak ada warna yang lebih
memuakkan, dari pesan perpisahan,"
ucapmu
pada sepasang telinga
Sebelumnya, kau telah memesan
dua cangkir kopi, lengkap
dengan sebuah bibir dan sepasang telinga
untuk kau ajak bercakap-cakap
perihal hidup dan manusia
yang tak pernah merasa cukup
"Apa yang paling kau cintai dalam
hidup?"
Kau tersenyum dan menggelengkan kepala
menyesap aroma kopi, dan menyadari
sebiji mata mendelik ke arahmu
warnanya mirip milik kekasihmu
yang ditemukan mati, dimutilasi
beberapa tahun yang lalu
saat pagi masih mencintai
embun
yang menempel
pada rumput yang berdiri
No comments:
Post a Comment