Wednesday 1 July 2020

Cerpen : Konspirasi

#NAD_30HariMenulis2020
#Hari_ke_30
#NomorAbsen_302
Jumkat : 874 kata


Konspirasi


    Perempuan itu menghisap cerutu yang terselip di jemarinya, lalu mengeluarkan asapnya dalam bentuk bulatan-bulatan. Sudah setengah jam ia menunggu seseorang. Matanya gelisah bolak-balik menatap jalanan yang lengang. Sedangkan senja sedari tadi telah pamit keperaduan. Ia sudah jengah menunggu.

    Orang-orang yang berada di rumah itu mulai berbisik-bisik. Perempuan itu memang terkenal dengan nama panggilan Killer Sang Pembasmi. Ia pernah membantai segerombolan penjahat seorang diri. Dan, satu hal yang terkenal akan dirinya. Mayat-mayat musuhnya selalu hangus terbakar hingga menjadi debu.

    “Terserah apa yang mereka katakan, yang penting bayaran dan pekerjaannya sesuai.” Itu adalah kata yang seringkali ia ucapkan menanggapi lelucon atau gosip-gosip. Perempuan itu sangat acuh dan tak pernah memedulikannya.

***

    Tatanan dunia hancur, saat sebuah virus yang diam-diam dikembangkan oleh sebuah lembaga bawah tanah bocor, dan menyebar lewat udara. Masuk ke tubuh manusia, merusak dan menular begitu cepat, bahkan jika itu tanpa sentuhan atau paparan langsung. Para dokter kewalahan menganalisis dan diperparah dengan tak adanya gejala berarti, kecuali jika sudah merusak beberapa sel dalam tubuh.

    Semua Pemerintah dunia mengumumkan agar tak ada seorang pun yang boleh keluar rumah selama beberapa hari. Bahkan para dokter sekali pun. Mereka yang terjangkit dibiarkan hidup, kesepian, sebelum mati dalam keadaan mengenaskan. Mereka diperintahkan untuk masuk ke sebuah bungker dan menunggu ajal di sana.

    Namun, tidak begitu dengan Dokter Steve. Dibantu beberapa asistennya, ia menampung semua penderita itu di ruang bawah tanahnya, mengobati mereka meski dengan peralatan seadanya, dan terus menyemangati para pasien itu.

    Para penderita itu setiap pagi disuntik sebuah serum yang membuat mereka seperti tersengat ribuan volt, lalu tak sadarkan diri. Mereka tak pernah tahu apa yang dimasukan ke dalam tubuh. Yang mereka tahu bahwa mereka sedang diobati dan ingin disembuhkan. Tidak lebih, tidak kurang.

    Meskipun, hanya dua sampai tiga orang saja yang berhasil selamat, di antara seribu orang. Dan, bagi sebagian orang itu adalah keajaiban. Sebab, semua orang sudah terdoktrin bahwa terkena berarti mati. Tak ada keselamatan lagi baginya.

    Hingga Pemerintah menyatakan bahwa virus itu telah lenyap dari muka bumi. Orang-orang kembali mengerjakan kehidupan normal yang sebelumnya terganggu. Peradaban kembali menuju porosnya. Namun, itu tak berlangsung lama. Sebuah kasus baru yang mencengangkan muncul dan langsung menggemparkan.

    Di sebuah desa terjadi penyerangan yang memporak-porandakan tempat itu dalam beberapa jam. Sebuah kabar burung yang datang mengatakan bahwa itu adalah ulah alien, sebagian lainnya bilang bahwa itu adalah ulah seorang pasien yang sembuh akibat virus itu.

    Hingga kota Santeria ini menggunakan jam malam dan pengecekan ketat di batas kota untuk menghindari kemungkinan terburuk. Bahkan, jika ada yang memaksa masuk, ia akan langsung ditembak di tempat, lalu dibakar di sebuah rumah tua.



Photo by . MCLT from Pexels


***

    Perempuan itu melihat jam di tangannya. Ia menyadari negosiasinya tak sesuai dengan yang diharapkan. Dipanggilnya pelayan, lalu membayar minuman yang telah dipesannya. Memakai jaket dan topi koboinya. Sebelum sampai di depan pintu, pelayan itu memperingatkan bahwa sedang diberlakukan jam malam. Namun ia hanya tersenyum dan berlalu. Meninggalkan rumah makan yang merangkap jadi hotel itu dan keluar lewat jendela.

    Ia berlari di atas genting, meloncat dari satu bangunan ke bangunan yang lainnya seperti sedang *parkour. Memperhatikan situasi sebelum masuk ke rumah yang paling besar. Rumah Wali kota.

    “Maaf, Pak. Sepertinya pembicaraan gagal. Tak ada seorang pun yang datang dari pihak sana.”

    “Lalu apa yang harus kita lakukan?” Wali kota berpindah tempat dan mulai berjalan mondar-mandir. Merapatkan tangannya, lalu melihat sekeliling. Menunggu jawaban perempuan itu.

    “Bakar seluruh perbatasan. Agar para zombie itu tak bisa masuk ke kota ini.”

    “Itu bisa saja saya lakukan, Ann. Tapi itu terlalu berisiko. Seluruh warga kota akan curiga dengan apa yang terjadi.”

    “Itu terserah Anda, Yang Mulia.”

    Perempuan itu kembali menyelinap keluar, menuju perbatasan kota. Jika ultimatum itu benar, seharusnya para zombie itu sudah sampai ke tempat ini. Namun, tak ada sesuatu yang mencurigakan di sini. Dan, ia mulai berlari dari satu tempat ke tempat lainnya, tetapi tetap saja nihil. Tak ada masalah yang terjadi di perbatasan-perbatasan itu.

    Hingga perempuan itu menyadari ada sesuatu yang aneh di tangannya. Diendusnya pelan dan sebuah siluet-siluet keluar dari ingatannya. Ia limbung, terjatuh dan tak sadarkan diri.

    Sementara itu, kota berada diambang kehancuran. Seluruh perbatasan terbakar, asap mengepul di mana-mana. Dan, para zombie mulai berkeliaran. Bukan masuk dari luar kota, tetapi dari dalam.

    Perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat dari belakang kepalanya saat terbangun. Ia tatap sekeliling yang telah penuh dengan asap pekat. Ia tersadar akan sesuatu dan mulai mempersiapkan senjatanya. Hari ini ia akan berburu zombie, sepuasnya.

    Ia berlari sambil menembak siapa pun yang berpapasan dengannya. Tak peduli zombie atau manusia normal. Ada satu tugas yang perlu ia kerjakan. Ada ingatan yang selama beberapa waktu tertidur dalam dirinya. Maka dari itu ia harus bergegas.

    Dalam ingatannya tadi, ia melihat mayat-mayat bergelimpangan, sedangkan Wali Kota yang sangat ia hormati sedang asyik mabuk bersama beberapa politisi lainnya.

    Maka dari itu, ia dan Sang Dokter akan bertemu setelah kota hancur. Membangun ulang kota ini dengan tangan mereka berdua. Pelayan itu adalah salah satu anak buahnya yang mengoleskan virus di gelasnya. Perempuan itu telah beberapa kali disuntik dengan serum memuakkan itu. Itulah sebabnya ia sudah kebal dan tak menjadi zombie seperti yang lainnya.

    Di sebuah tempat yang lain, Dokter Steve melihat dengan mata berkaca-kaca. Kota yang selama ini dicintai sekaligus dibencinya telah berhasil dimusnahkan. Itu berkat Ann, asisten, istri, juga percobaannya yang telah sempurna.


Bandung Barat, 30/06/2020


    *Parkour (baca: Paar-kuur, kadang-kadang disingkat PK) atau l'art du déplacement (Seni gerak) adalah aktivitas yang bertujuan untuk melewati rintangan dengan efisien dan secepat-cepatnya, menggunakan prinsip kemampuan badan manusia. Itu berarti untuk menolong seseorang melintasi rintangan, yang bisa berupa apa saja di sekitar lingkungan dari cabang-cabang pohon dan batu-batuan hingga pegangan tangan dan tembok beton yang bisa dilatih di desa dan di kota.(wikipedia)

No comments:

Post a Comment