Monday 8 March 2021

Fiksi Sejarah: Paul Joseph Goebbels

#NAD_30HariMenulis2020
#Hari_ke_18
#NomorAbsen_302
Jumkat : 506 Kata


Paul Joseph Goebbels

    Semua berjalan dengan sangat lancar. Sebelum bertemu dengan Pak Presiden dan Hitler, aku mengkoordinasikan orang-orang untuk pergi ke Berlin. Membuat para pendukung, sebagian anggota partai, dan tentara khusus yang diberi nama 'Wehrmacht' berangkat berduyun-duyun. Diterangi dengan cahaya obor, mereka terlihat seperti orang-orang yang akan mengadakan suatu pesta kemarahan.

    Aku mendengarkan mereka berteriak-teriak seperti orang kesetanan. Aku meminta pelayan menuangkan anggur, lalu kumainkan dengan cara memutar-mutarkan gelasnya.

    Wajah Presiden pucat pasi melihat arak-arakan itu. Mungkin ia tengah berpikir, bagaimana caranya kami mengumpulkan massa sebanyak itu.

    Aku hanya bisa tersenyum meremehkan. Sejujurnya, siapa yang sekarang tak mengenal kami bertiga sekarang? Dengan kepiawaianku memainkan kata, membuat propaganda dan menyebarkan kebencian, rasanya tak terlalu sulit mengumpulkan orang-orang bodoh itu. Hasut saja orang-orang bodoh itu! Buat kedengkian di dada mereka menyala. Dengan begitu, orang-orang seperti mereka tak akan bisa berpikir jernih dan sangat mudah untuk dikendalikan.

    Teriakan dari jalanan telah memecahkan hening berkeping-keping. Kulirik Hitler, wajahnya masih datar-datar saja. Tak ada raut wajah puas, bangga, atau sebuah kegembiraan. Cih! Dasar manusia tanpa ekspresi.

    Kuteguk anggur dalam gelas, berdiri, lalu berbasa-basi untuk keluar dan melepas kepergian orang-orang yang rela menjadi peluru. Demi kebebasan! Demi derajat ras yang lebih tinggi dibanding yang lainnya!

    Baru saja kututup pintu, seorang ajudan mendekat dengan dengan sedikit gelisah. Tampaknya ada suatu masalah yang mengganggu pikirannya.

    "Kenapa, Ajudan?"

    "Siap, Pak Menteri. Maaf ada sebuah masalah."

    "Soal orang-orang yang akan berangkat ke Berlin?"

    "Siap, Pak Menteri. Maaf, bukan soal itu."

    "Lalu?"

    "Siap, Pak Menteri. Ada desas-desus sebuah lelucon yang menjadikan Anda sebagai sasarannya."

    "Lelucon tak akan membunuh atau melukaiku, Ajudan."

    "Siap, Pak Menteri. Tetapi itu pasti akan sedikit meruntuhkan wibawa Anda."

    "Baiklah, mari kita dengarkan lelucon itu."

    "Siap, Pak Menteri. Mereka bilang, Anda diangkat menjadi warga kehormatan kota Brauschewig dan Bellitz, karena mampu melahap batang asparagus secara melintang."

    Mereka cukup pintar menyindir rupanya. Cih! Namun, aku juga tak mungkin menangkap orang dan memenjarakannya karena lelucon. Bagaimana jika kubakar saja tempat mereka berkumpul?

    "Ajudan, di mana tempat mereka biasanya berkumpul?"

    Kini Ajudanku benar-benar salah tingkah. Ia melihat sekeliling, mungkin takut jika ada seseorang yang menguping di antara kami.

    "Ajudan, bisikkan saja jika kamu ragu."

    "Siap, Pak menteri!"

    Ia mendekat, membisikkan sesuatu yang sesuai dengan perkiraanku. Badut-badut politik itu selain tak becus kerja, rupanya mereka juga memiliki selera humor yang sangat buruk.

    "Apakah mereka tertawa?"

    "Siap, Pak Menteri. Mereka tertawa terbahak-bahak."

    "Sepertinya orang-orang di Negeri kita memang membutuhkan hiburan. Nanti akan saya bicarakan dengan Hitler untuk membuat sayembara seperti itu."

    "Siap, Pak Menteri. Maaf, jika boleh tahu, hadiah yang diberikannya apa?"

    "Hukuman tiga tahun penjara di Auschwitz."

    Ia terlihat bergidik, sambil menatap lantai. Aku harus bergegas, ada banyak sekali hal yang harus kulakukan.

    Pada tanggal 30 Januari 1933, akhirnya Hitler diangkat menjadi kanselir oleh Presiden Hindenburg. Sebagai orang kedua di partai nasionalis Jerman, tentu saja aku ikut senang.

    Aku, Hitler, dan Goring akan merayakannya setelah pertemuan dengan Pak Presiden berakhir. Secara rahasia tentu saja, sebab kami juga akan membahas tentang hal-hal yang dilakukan pada masa mendatang. Rasanya terlalu cepat jika dengan mencapai titik ini kami puas. Kami harus mengagendakan kembali kejutan-

Bandung Barat, 18/06/2020

*FYI
    1.) Kerajaan ketiga merupakan julukan yang diberikan pada masa Pemerintahan Hitler karena didukung oleh Goring dan Goebels.

    2.) Wehrmacht adalah nama angkatan bersenjata Nazi-Jerman sejak tahun 1935 sampai 1945. (Wikipedia)

    3.) Auschwitz II (Birkenau) adalah kamp yang dikenal banyak orang sebagai "Auschwitz". Di sinilah ratusan ribu orang ditahan dan lebih dari satu juta orang dibunuh, umumnya orang Yahudi. (wikipedia)

    4.) Kebakaran Reichstag adalah peristiwa penting pada pendirian Jerman Nazi. Terjadi pada pukul 21:15 di malam 27 Februari 1933, sebuah badan pemadam kebakaran di Berlin menerima panggilan alarm bahwa Gedung Reichstag, lokasi majelis Parlemen Jerman (Jika di Indonesia mungkin gedung DPR) dibakar. (wikipedia) Cukup menarik karena menjadi lambang kehancuran Demokrasi Jerman.

No comments:

Post a Comment