Monday 8 March 2021

Ruang Bebas: Sepotong Surat untuk Diriku


Untuk diriku sendiri

Di masa sepuluh tahun yang akan datang

 

    Halo, Bro. Apa kau sehat? Masih sering memikirkan masalah, dari pada memikirkan sebab dan jalan keluarnya? Haha. Semoga salah satu kebiasaan burukmu yang satu itu sudah terganti.

    Lagi pula, kupikir, kau harusnya lebih bahagia dibanding aku. Sebab banyak keburukan kita yang sedang--kuharap secepat mungkin--bisa kuperbaiki di masa ini. Salah satunya pasti kau juga tahu, tidak menyalahkan diri sendiri secara berlebihan pada suatu kejadian yang tak bisa kau kau kontrol lagi. Itu bukan sepenuhnya salahmu, percayalah.

    Selain itu, kau juga tak perlu menerima (lagi) orang-orang yang terus menekanmu untuk melakukan hal-hal yang di luar batas kemampuanmu, kupikir. Atau masih membukakan tangan pada orang-orang yang singgah, tetapi tak bersungguh-sungguh? Datang dan pergi sesukanya, merasa berhak melakukan hal-hal itu kepadamu. Aku di sini tengah berusaha melakukan itu agar kau lebih bisa menerima segala tentang kita. Kelebihan dan segala kekurangan yang ada di dalamnya.

    Sebelum surat ini merembet ke banyak hal--ada banyak hal yang ingin kuketahui sepuluh tahun mendatang kau tahu? haha. Ada begitu banyak pertanyaan yang menggantung di pikiranku-- Namun, kupikir, lebih baik kita fokuskan saja kepada dua masalah yang saat ini sangat-sangat ingin aku luruskan.

    Pertama, bagaimana pekerjaanmu sekarang? Apa kau telah menemukan pasion yang benar-benar ingin kau kerjakan? Atau mungkin, lebih buruk dariku? Tentu saja, doaku yang terbaik untukmu.

    Satu hal yang ingin kukatakan kepadamu. Terima kasih karena sudah bekerja keras. Aku tahu bagaimana kau memikirkan setiap resiko yang akan kau hadapi, memperhitungkannya, dan meyiapkan beberapa hal agar dampaknya tidak terlalu terasa. Meskipun pada akhirnya kita juga mengerti, takdir tak hanya menyajikan pikiran-pikiran yang ingin kita dapatkan. Malah terkadang di situasi terburuk, apa yang kita hindarilah yang terjadi. Maka dari itu, apa pun yang terjadi di hari ini, di harimu, kuucapkan terima kasih karena telah bekerja keras. Jika takdir menyudutkanmu di titik nadir, itu bukan sepenuhnya kesalahanmu. Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri begitu keras, dari situasi sesulit apa pun itu.

    Kedua, siapa perempuan yang sedang berada di sampingmu saat ini? Apakah kalian sudah saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing? Kudoakan yang terbaik dari sini.

    Aku sendiri masih mencoba mengembalikan sedikit kewarasan, setelah beberapa kali terjebak kisah cinta dengan pola yang sama. Kupikir, sedikit memberi keleluasaan akan menumbuhkan rasa percaya yang begitu dalam, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Ia malah berpikir aku telah berhenti mencintai, dan melepas wanita itu seutuhnya. Tentu saja, itu bukan hal yang kita prediksi sebelumnya, bukan?

    Rasanya, sudah kucukupkan saja surat ini. Di waktu yang kutempati, malam sudah begitu larut. Bukankah aku harus menjaga kesehatan untuk kita berdua? Sebenarnya ada banyak satire lucu yang ingin kuceritakan, tetapi tak sewajarnya itu diceritakan seperti ini. Kau juga pasti akan tertawa, saat kita sudah melewati semua ini bukan?

 

Tetap kuat dan jadilah dirimu yang selama ini.

Selamat malam, diriku di masa depan.


29 februari 2020



Sepotong Surat untuk Diriku

Photo by Kei Scampa from Pexels


2 comments: